
Hasnita Taslim, seorang tuna daksa mendirikan PT Disabilitas Kerja Indonesia, sebagai perusahaan rekruitmen khusus untuk kalangan penyandang disabilitas. Ini sebuah kerja kreatif yang superhebat dan menjadi contoh hebat dari kampanye #akuberdaya
Menurut Hasnita, ide mendirikan usaha dipicu dari banyak teman disabilitas sulit menemukan perusaahaan yang menerima mereka bekerja.
“Keterbatasan fisik membuat para disabilitas tidak leluasa mendapat pekerjaan yang diinginkan,” ujar Hasnita Taslim, Founder PT Disabilitas Kerja Indonesia, pada acara Live IG Nina Nugroho Solution #akuberdaya, bertajuk ‘Menjadi Disabilitas Berdaya’ baru-baru ini, di Jakarta.
Para pencari kerja membutuhkan pihak yang dapat menjembatani untuk mengkomunikasikan skill yang dimiliki kepada perusahaan yang menerima tenaga kerja disabilitas.
Pemerintah sendiri lewat UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pada pasal 53 menyebutkan, pemerintah memberi jaminan kepada penyandang disabilitas untuk mendapat kesempatan bekerja. Ketentuan ini menjadi angin segar bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Menurut Hasnita, banyak perusahaan yang mau mempekerjakan para disabilitas, tapi bingung mulainya dari mana.
“Mereka datang ke kami untuk konsultasi. Misalnya, ada perusahaan yang mau mempekerjakan desain grafis atau yang mahir microsoft office. Oke untuk bidang ini talentnya tuna rungu, usianya 32 tahun. Perusahaan kami yang mendesainkan jenis disabilitas yang cocok bekerja di perusahaan tersebut,” tutur Hasnita Taslim.
Tak hanya disabilitas tuna rungu, mereka yang menggunakan kursi roda pun difasilitasi oleh perusahaan Hasnita.
“Awalnya banyak yang bertanya, nanti bagaimana kerjanya kalau pakai kursi roda
Jadi perusahaan kami yang mendesainkan strateginya. Sehingga yang pakai kursi roda, pakai tongkat atau tuna rungu bisa kerja di perusahaan-perusahaan, di bank- bank,” lanjut wanita yang di usia 22 tahun mengalami kecelakaan yang berakibat dirinya menjadi disabilitas.
Terlahir Normal
Hasnita terlahir normal. Tidak pernah terbetik sedikit pun jika dirinya akan menjadi cacat seumur hidup dan menyandang status sebagai disabilitas.
“Saya menjadi cacat setelah kecelakaan saat berlibur di Bali.
Ia terlindas truk, kakiku patah. Tulangnya ada yang hilang karena hancur, remuk, sampai harus operasi sebanyak 5 kali untuk transplantasi kulit dan transplantasi tulang.
Selama 4 bulan Hasnita hanya terbaring di tempat tidur di rumah sakit. Tidak sedikit pun kakiku menyentuh lantai, aktivitasnya hanya di tempat tidur.
Ketika sembuh dan bisa kembali ke rumah, Hasnita mulai belajar menerima keadaan dirinya sebagai disabilitas dengan menggunakan alat bantu kursi roda untuk beraktivitas. Kakinya tak lagi dapat menopang bobot tubuhnya untuk berdiri dan berjalan.
Ia bersyukur mendapat dukungan yang besar dari orang tuanya, terutama sang ibunda.
“Mama saya selalu bilang, sekarang ini lakukan sesuatu yang membuat kamu bahagia. Kebetulan saya hobi main biola, jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu di studio untuk berlatih biola!
Tapi lama kelamaan, Hasnita ingin berinteraksi dengan dunia luar. Apalagi setelah ia bisa berdamai dengan keadaan.
“Akhirnya saya pergi ke mall, pakai 2 tongkat. Ternyata, semua mata memandang. Rasanya saya ingin bilang, please, jangan pandangi saya. Saya sama dengan kalian,” urai Hasnita, lagi.
Keluarga Ikut Membangun Mental
Sementara itu, Desainer Nina Nugroho yang menjadi host acara live IG yang digelar setiap Jumat mulai jam 16.30-17.30 WIB itu tergelitik menanyakan hal-hal yang menjadi penghambat para disabilitas untuk mencapai keberdayaan diri.
Menurut Hasnita, semua itu tidak terlepas dari bagaimana para disabilitas membangun mental positif serta besarnya dukungan dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Di Indonesia ada 20 juta penyandang disabilitas, namun hanya sekitar 19 persen yang bisa kuliah, 18 persen tamat SMA dan sisanya 63 persen lulusan SMP dan SD.
Kebanyakan yang tidak melek pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi berada di kawasan pedesaan.
“Penyandang disabilitas itu yang terpenting adalah punya pemikiran yang positif. Sehingga dia nggak malu keluar rumah, cari-cari kerja,”ungkap Hasnita
Dan pemikiran positif pertama harus didapat dari lingkungan rumah. Kalau itu sudah ada, akan mudah mencari kerja. Karena pemerintah sudah menyediakan lapangan kerja.
“Kami sebagai perusahaan rekruitmen juga memfasilitasi. Bahkan penyandang yang tamatan SMP pun bisa cari kerja, dengan gaji UMK. Karena klien kami mulai dari tambang, bank, perkantoran sampai kawasan industri di Cikarang.
Jadi, untuk lulusan SMP yang tidak punya keahlian, tidak bisa computer, bisa kerja kasar, bisa ditempatkan kerja menjadi gardener.
“Gajinya bisa Rp4,7 juta, tunjangan savety, asuransi kesehatan dan jamsostek. Jadi yang paling penting itu adalah support positif dari keluarganya dulu. Kalau keluarga sudah mengucilkan, penyandang disabilitas susah punya semangat!” XPOSEINDONESIA Foto : Dokumentasi