Sejauh ini, Deva yang paling kelihatan amat mirip dengan Abdee, juga slank bicaranya yang khas Palu, kota kelahiran Abdee. Sutradara Fajar juga cukup detil mengungkap perilaku anak mida kena drugs, seperti giginya yang kehitaman, gaya bicaranya yang ‘ngambang’, atau edegan mencokok hidung sendiri, Menarik dicatat adalah, lolos sensornya film “Slank Nggak Ada Matinya”, terutama pada scene Kaka dan Bimbim yang mengerang katagihan, atau Ivan yang ngamuk berat, dan bersama ngambek nggak mau main di tengah pertunjukan Slank…..karena katagihan drugs.
“Slank Nggak Ada Matinya” juga menyisipkan humor yang segar, diyakini sebagian adalah trick sutradara buat menjadikan film gak bikin bête, seperti adegan Kaka menolak ‘lamaran’ Penny – Slankers cewek, dengan lirik penolakan cinta Kaka yang dinyanyikan di depan Penny……Penny diperankan sangat bagus oleh Chika Jessica, aktris sinetron yang sedang naik daun.
Juga ada scene yang bikin penonton tertawa, yakni seorang stage manager cewek meminta agar Slank mau tampil di di tengah pertunjukan, karena konser musik akan ditutup oleh band lain. Kaka dan Bimbim setuju, karena – bagi mereka, lebih cepat selesai lebih bagus, diceritakan, bersama Ivan mereka pengen cepat pulang ke hotel, karena rindu…..ngegele.
Adegan lucu itu adalah, Slank menutup show-nya dengan lagu ‘Kamu Harus Pulang’. EO dan band pengisi acara kaget, tatkala lagu ‘penutup’ konser Slank itu usai dinyanyikan, penonton yang ribuan jumlahnya di venue outdoor……semua benar-benar pulang. Diceritakan, promotor panik, band yang tampil berikutnya melongo, lalu marah besar…..Adegan ini termasuk gagasan jenial dari sutradara dan penggali gagasan ceritnya.
Dari sisi edukasi, Slank Nggak Ada Matinya menyimpan pesan moral, pesan social kemanusiaan, dan solidaritas. Meriam Bellina yang menmerankan Bunda Iffet bermain cemerlang. Ia bisa menggambarkan kegigihan seorang Ibu sekaligus manajer band besar yang tegas, meski kadang rapuh melihat anak dan ponakannya – Bimbim dan Kaka yang sudah kena drugs parah.