Hari Musik Nasional 2014 Banggakan ‘Musik ( Etnik ) Indonesia’

- Advertisement -
- Advertisement -

Ada yang diharapkan beda dalam memperingati Hari Musik Nasional 2014 dibanding prosesi Hari Musik Nasional sebelumnya. Yang beda dan terasa istimewa itu adalah, digelarnya Musik Etnik 34 Provinsi di Taman Mini Indonesia Indah tepat di Hari Musik Nasional 9 Maret 2014.

Pergelaran tersebut digagas oleh Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.  Hari Musiki Nasional 2014 juga diisi dengan Diskusi Panel tentang Peredaran Album Rekaman di Era Digital, yang akan digelar di Hotel Atlet Century Jakarta, 13 Maret 2014.

Sejarah Hari Musik Nasional diawali oleh upaya banyak pihak dari Insan Musik, agar masyarakat bisa menghargai musik atau lagu karya anaknegeri sendiri. Penghargaan itu tak sekadar mengapresiasi karaya lagunya dan membeli CD atau produk rekamannya, tapi juga menghargai penciptanya dalam bentuk tidak melakukan ‘pembajakan karya cipta musik’.

- Advertisement -

Hari Musik Nasional diresmikan pertamakali oleh Presiden Megawati, dan sangat sering peringatan Hari Musik Nasional digelar dalam bentuk pertunjukan musik besar – format orchestra – di Istana Negara.

Yang menarik adalah, baru tahun 2013 yang lalu, Hari Musik Nasional secara resmi ‘dihargai’ Pemerintah, melalui ditandatanganinya KEPPRES Hari Musik Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tepatnya menjelang digelarnya prosesi Hari Musik Nasional 2013 yang – Antaralain – diberikannya penghargaan Anugerah Seni pada Insan Musik yang berjasa bagi Negara,

Tanggal 9 Maret dipilih sebagai Hari Musik Nasional, karena pada tanggal 9 Maret adalah hari lahir WR Supratman, pencipta lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’. Meski pun fisik album dalam bentuk kaset, CD atau belakangan juga kembali diproduksi piringan hitam (vynil), seperti yang dilakukan Superman is Dead, White Shoes and the Couples Company dan beberapa musisi indie – tapi men-download karya lagu yang seharusnya ‘dibeli’ adalah bentuk pelanggaran Hak Cipta,

- Advertisement -
Menyalin

Tentang isu memerangi pembajakan, ada berbagai telaah menarik tentang arti pembajakan di era digital dan social media sekarang. Jika sampai sekitar tahun 2005, saat fisik album berupa kaset dan CD masih menjadi ukuran sukses pembajakan lebih mengarah memperbanyak fisik album tanpa seijin pencipta lagu dan produsernya, maka di era digital dan sosial media sekarang arti pembajakan jadi beda.

Karena banyak juga musisi/pencipta kagu yang sengaja mengunggah karya ciptanya melalui sosial media macam Youtube, Facebook atau mengumumkannya melalui twitter, seperti yang dilakukan oleh grup indie Koil.

Baca Juga :  60 tahun Candra Darusman

Grup ini malah memproduksi sejumlah CD rekamannya dan menyebarkan secara gratis pada fans dan masyarakat luas, agar orang dapat menikmati karya terbarunya dan berujung pada banyaknya kontrak manggung atau acara off air, setelah lagu popular.

Isu pembajakan di era digital inilah yang mengharuskan Pemerintah dan DPR kembali ke ruang sidang, membahas perbaikan / revisi / amandemen UU Hak Cipta RI, yang dirasakan sudah tertinggal oleh jaman dan teknologi industri musik.

Karena itulah, Hari Musik Nasional 2014 terasa memiliki makna istimewa, jika menunjuk fakta bahwa, fisik album rekaman sudah kian menurun, Pekerja Seni belum mampu menyerap tantangan ke depan dalam memasarkan karya ciptanya melalui teknologi baru, seperti menjualnya melalui iTunes atau tetap berharap masih ada sedikit tanbahan penghasilan dari penjualan Ring Back Tone (RBT).

Menarik dicatat adalah, munculnya kenyataan, beberapa seniman musik indie malah kelihatan lebih survive dalam memasuki pasar music digital sekarang, Band band yang memiliki fans loyal, fanatik dan membina pengemarnya melalui kominitas yang solid macam Slank, Iwan Fals, GIGI, The S.I.G.I.T, Koil, Efek rumah Kaca, Mocca, Koil atauband indie yang masuk ikatan label internasional Sony Music macam Superman is Dead, terasa lebih nyaman. Meraka tetap dapat menjual karyanya, baik melalui komunitas yang telah dibinanya, setelah mempublikasikannya melalui sosial media.

Untuk catatan di atas, maka seyogianya kita tidak perlu khawatir tentang kejayaan Musik Indonesia di negeri sendiri. Toh para artis musik papa atas yang masih diikat oleh label rekaman besar seperti NOAH, Agnes Monica, Rossa, KD, sampai penyanyi dangdut paling kondang seperti Inul Daratista, Saskia Gotic, Ayu Ting Ting, juga Rhoma Irama dan puteranya Ridho Rhoma tetap memiliki ‘harga jual tinggi’, sementara yang indie pun bisa survive.

Hanya saja yang harus kita tunggu adalah, sejauh mana himbauan agar Hari Musik Nasional 2014 diperingati dalam bentuk ‘tidak memutar musik asing, kecuali Musik Indonesia’ akan ditaati oleh beberapa lembaga siaran, seperti Radio, TV atau café, pub dan ruang ruang putar lagu lainnya, seperti maskapai penerbangan, mall-mall dan sebagainya. Kita tunggu hasilnya.

Selamat Hari Musik Nasional, jayalah Musik Indonesia. XPOSEINDONESIA BENS LEO Foto : Dudut Suhendra Putra

More Pictures

Kelompok Slank saat pentas di Jakarta, XPOSEINDONESIA/Dudut Suhendra Putra
Gigi saat merilis album baru di markas mereka di Tebet . Foto XPOSEINDONESIA/Dudut Suhendra Putra
Virgiawan Listanto atau yang lebih dikenal sebagai Iwan Fals saat tampil pada konser yang bertajuk ’40 Tahun Eros Djarot Berkarya’ di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2014) XPOSEINDONESIA/Dudut Suhendra Putra No 8 Kelompok musik The S.I.G.I.T beraksi dalam pada konser yang bertajuk ’40 Tahun Eros Djarot Berkarya’ di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2014) XPOSEINDONESIA/Dudut Suhendra Putra
Kelompok musik The S.I.G.I.T beraksi dalam pada konser yang bertajuk ’40 Tahun Eros Djarot Berkarya’ di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2014) XPOSEINDONESIA/Dudut Suhendra Putra
Slank dengan album baru “Ngak Ada Matinye” XPOSEINDONESIA/Dudut Suhendra Putra

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -