Film animasi “Riki Rhino” yang pernah mencuri perhatian publik lewat pesan konservasinya kini kembali hadir dalam bentuk sekuel bertajuk “Riki Rhino 2: The Bird Kingdom.”
Proyek terbaru ini diharapkan bukan hanya melanjutkan kisah petualangan badak Sumatra yang menggemaskan itu, tetapi juga menegaskan kematangan industri animasi nasional yang kian siap bersaing di kancah global.
Dalam audiensi bersama Founder Acaraki sekaligus Produser Riki Rhino 2, Jony Yuwono, dan tim produksi Batavia Pictures di Autograph Tower, Jakarta (Selasa, 11 November 2025), Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar mendorong agar film ini terus ditingkatkan dari sisi kualitas visual, strategi pemasaran, hingga pengembangan intellectual property (IP).
“Strategi pemasarannya perlu dimatangkan untuk memanfaatkan momentum menjelang rilis Riki Rhino 2. Film pertamanya bisa mulai diputar kembali agar penonton kembali terhubung dengan ceritanya. Selain itu, produk merchandise perlu disiapkan agar masyarakat memiliki kedekatan dengan karakternya,” ujar Irene.
Ia menekankan pentingnya pembaruan visual yang mampu menampilkan keindahan alam Indonesia secara lebih nyata dan memikat, agar keunggulan lokal bisa menjadi daya tarik internasional.
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan private screening “Riki Rhino 2: The Bird Kingdom” yang sebelumnya dihadiri Wamen Ekraf pada 16 September 2025.
Irene mengapresiasi langkah tim produksi yang terus berinovasi, baik dari peningkatan kualitas animasi maupun pengembangan produk turunannya, sehingga memperkuat posisi Riki Rhino di pasar nasional dan global.
Menurutnya, Riki Rhino memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap konservasi satwa sekaligus memperkuat ekosistem IP lokal. Kemenekraf juga siap mendukung kolaborasi lintas subsektor, termasuk aktivasi ruang publik kreatif seperti di kawasan Kota Tua Jakarta, agar dampak ekonomi dan sosial dari karya ini semakin luas.
Animasi Lebih Realistis, Alam Indonesia Lebih Hidup
Produser Jony Yuwono mengungkapkan bahwa sejumlah pembaruan teknis dan artistik telah dilakukan sejak pemutaran awal.
“Ibu Wamen sempat meminta agar kualitasnya ditingkatkan untuk menunjukkan kemampuan animator lokal. Hari ini kami memperlihatkan beberapa scene yang sudah di-upgrade—mulai dari pencahayaan, tekstur dedaunan, hingga detail pergerakan satwa dan atmosfer hutan tropis Indonesia. Semua kami garap lebih realistis agar penonton bisa benar-benar merasakan keindahan alam kita,” jelas Jony.
Dari Animasi ke Inovasi: Moringacha, Semangat Lokal yang Naik Kelas
Dalam kesempatan yang sama, Jony juga memperkenalkan inovasi terbaru Acaraki bertajuk Moringacha, minuman berbahan dasar daun kelor yang diolah dengan teknik serupa matcha.
Konsep ini, katanya, sejalan dengan semangat Riki Rhino—mengangkat potensi lokal menjadi produk modern berdaya saing global.
“Moringacha kami hadirkan untuk menunjukkan bahwa bahan lokal seperti kelor bisa naik kelas jika diolah secara kreatif. Ini bukan sekadar minuman, tetapi bentuk pelestarian budaya yang relevan dengan zaman,” ujarnya.
Wamen Ekraf Irene Umar menilai inovasi seperti Moringacha menjadi contoh nyata bagaimana kreativitas dapat mengubah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru.
“Pendekatan seperti ini menunjukkan bagaimana bahan sederhana seperti daun kelor bisa diolah menjadi produk modern yang relevan dengan gaya hidup masa kini. Ini bukan sekadar inovasi kuliner, tetapi bagian dari strategi besar untuk mengangkat potensi lokal agar mampu bersaing di pasar global,” tutur Irene.
Ia menambahkan, model seperti Moringacha dapat dikembangkan lintas subsektor—mulai dari kuliner, desain kemasan, hingga storytelling produk—agar memberi nilai tambah lebih besar bagi ekosistem ekonomi kreatif
Riki Rhino 2: The Bird Kingdom dijadwalkan tayang pada 2026, melanjutkan kisah petualangan Riki yang membawa pesan pelestarian satwa dan lingkungan.
Sekuel ini diharapkan menjadi simbol kemajuan industri animasi Indonesia dan menegaskan peran ekonomi kreatif sebagai “the new engine of growth” menuju Indonesia Emas 2045. XPOSEINDONESIA Foto : Biro KOmunikasi Ekraf dan Dok Riki Rhino


