
Bertepatan dengan perayaan Hari Musik Nasional 9 Maret 2024, Sapta Nirwandar dan Dwiki Dharmawan merilis album Lomba Cipta Lagu Daerah Nusantara (LCLDN) 2023.
Album ini berisi 12 karya lagu Finalis LCLDN 2023 yang digelar pada bulan Desember 2023.
Acara LCLDN sendiri diinisasi oleh Sapta Nirwandar, sementara Dwiki Dharmawan bertindak sebagai arranger dan produser musik.
Album 12 Finalis LCLDN dirilis oleh LCLDN Production dengan Produser Musik Dwiki Dharmawan dan didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
“Album LCLDN, kami rilis pada berbagai platform digital dan sudah bisa dinikmati publik penggemar musik,” ungkap Dwiki Dharmawan, Produser dan Direktur Musik LCLDN 2023 dalam acara press conference di Ruang Auditorum Jusuf Ronodipuro RRI Jakarta (9/3).
“Rilisan 12 lagu finalis LCLDN ini dilakukan secara bertahap. Yang pertama dirilis pada hari ini, sebagai bagian momentum Hari Musik Nasional 9 Maret 2024. Kemudian pada setiap tiga hari berikutnya akan dirilis lagu lain, sampai puncaknya dirilis sebagai album pada 31 Maret 2024,”ujar Dwiki lagi.
Hadir dalam acara press conference ini adalah Sapta Nirwandar, Oneng (Direktur, Infrastruktur, Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastuktur Kemenparekraf RI, Trie Utami, Sundari Sukotjo, Ivan Nestorman, Freitsna Sopaheluwakan (Pencipta Lagu Baku Lele, Juara I LCLDN 2023, Lucky Octavian.
Menyelamatkan Bahasa Daerah
Sapta Nirwandar, sebagai inisiator dan Dewan pembina LCLDN menyebut penyelenggaraan acara ini sebagai bagian dan upaya untuk menyelamatkan bahasa daerah ini berjalan penuh tantangan sejak tahun 2004.
“Ketika itu kita sulit mendapat dukungan, termasuk bahkan juga dari Pemerintah. Namun sekarang, pada penyelenggaraan tahun ini jauh lebih baik. Kalau di dalam ruangan ini terlihat sedikit yang hadir, tapi acara ini ditayangkan secara live streaming melalui Youtube oleh RRI,”kata Sapta
Sapta bersyukur setelah LCLDN sempat terhenti karena pandemi, kini dapat terlaksana kembali bahkan tahun ini dirilis dalam bentuk album Direktur Musik Dwiki Dharmawan sebagai arranger dan produser musik
“Sehingga album ini dapat dinikmati secara luas di seluruh Indonesia bahkan dunia melalui platform digital”.
“Ajang LCLDN ini, bertujuan untuk melestarikan bahasa bahasa Nusantara melalui Musik dan Lagu. Dengan harapan, generasi muda kembali bangga dan memberikan apresiasinya terhadap Bahasa Daerah,” kata Sapta lagi.
Lagu Daerah Bisa Mendunia Lewat Rilis Digital
Karya dari 12 Finalis LCLDN ini mewakili kearifan lokal Nusantara, baik kekayaan bahasa daerahnya, maupun kekayaan musiknya dan yang pasti sesuai dengan musik kekinian.
“Kang Dwiki telah membuat aransemen yang memiliki universalitas rasa internasional dan juga radio friendly. Dengan ditayangkan di Spotify, lagu daerah Indonesia bisa didengar ke seluruh dunia,” papar Ivan Nestorman salah satu anggota dewan juri LCLDN 2023.
Sementara itu, Ibu Oneng dari Kemenparekraf menyambut baik dan mengapresiasi ajang LCLDN.
”Karena kami melihat musik sebagai salah satu dari 17 sektor Ekonomi Kreatif yang harus kita kembangkan bersama. Karena ajang ini memperlihatkan keragaman budaya yang luar biasa dan patut dilestarikan dan ditularkan kepada generasi muda.”
Ibu Oneng juga mengingatkan sebetulnya posisi Indonesia tidak kalah dengan Korea, “hanya bagaimana kita bersama-sama mau untuk terus mengembangkan lagi. Karena untuk Ekonomi Kreatif posisi Indonesia diurutan ketiga setelah Amerika dan Korea. Mudah-mudahan ke depan, kita bisa meningkatkannya lagi,” ujar Ibu Oneng.
12 Lagu Finalis LCLDN yang dirilis ini adalah sbb:
“Baku Kele“, karya Freitsna Sopaheluwakan, Ambon-Maluku.
“Papa Modhe“, karya Eutimirius Lodha ,Ngada-NTT.
“Mahi Mahi Nebei Be M’Bai“ karya Stephen Irianto Wally, Sentani-Papua.
“Arta Ta”” karya Daniel Yohansen Martin, Batak Toba-Sumatera Utara