Film Lara Ati : Idealisme Bayu Skak Membuat Bahasa Daerah Tidak Katro

- Advertisement -

Bayu Skak (28) tahun adalah anak muda dengan profesi rangkap, sebagai pemain, sutradara, juga penulis skenario. Ia memiliki idealisme dan nasionalisme tinggi dalam menggarap karyanya.
Lewat film “Lara Ati”, misalnya film itu sepanjang 116 menit menggunakan bahasa Jawa, tanpa banyak berkoar-koar ia menunjukan identitas tersebut.rangkap;

“Selama ini, masyarakat di perkotaan, kalau melihat dan mendengar sesuatu yang berbau kedaerahan, selalu bilang Katro, ndeso. Ini bukan hanya berlaku untuk Jawa saja, tapi juga kedaerahan yang lain,” ungkap Bayu dalam wawancara di Epicentrum sebelum press screening film Lara Ati.

“Saya ingin mengubah anggapan katro dan ndeso itu dan menjadikannnya keren. Sehingga tidak ada alasan lagi masyarakat meremehkan kedaerahan, film ini dibuat dengan semanggat menjunjung tinggi kedaerahan!” ungkap Bayu Skak yang memulai karienya sebagai YouTubenya sejak tahun 2009 yang telah memiliki lebih dari 3 juta follower.

- Advertisement -

Komedi Suroboyo


Film “Lara Ati” digarap Bayu di bawah naungan BASE Entertainment ini akan tayang serempak pada Kamis (15/9/2022) di bioskop Indonesia.

Lara Ati menyuguhkan komedi dan kisah anak muda bernama Joko yang berada di fase usia menjelang akhir 20-an, dan menghadapi Quarter life crisis, di mana ia ia tidak terlalu menyukai pekerjaan di kantor. Sementara orangtuanya tidak mendukung minatnya mendalami pekerja sebagai desain grafis. Hidup terasa makin berantakan karena ditinggal tunangan oleh pacarnya, Farah.

- Advertisement -

Bayu Skak kelahiran 13 November 1993 ini menjabarkan quarter life crisis cara simpel, tapi menghibur. Menyaksikan film berdurasi 116 menit, terasa, jalan cerita dalam film itu bukan rekayasa, tapi dekat dengan kehidupan nyata.

Bayu Skak berhasil membagi pengalamannya tanpa memaksa. Adegan-adegan mengalir apa adanya. Dua topik utama yang dibahas adalah perjuangan Joko (Bayu Skak) untuk bisa bekerja sesuai dengan passion-nya. Serta menegaskan bahwa orang-orang di usia Joko tidak selalu memiliki kehidupan percintaan yang mulus.

Karena seluruh film berjalan dalam bahasa Jawa, maka sungguh tepat menggandeng 80 persen artis yang terlibat wajib terbiasa menggunakan bahasa Jawa, terutama Jawa Suroboyo, karena kisah ini memang tentang kehidupan anak Surabaya.

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -