“Di ajang World Travel Mart (WTM) London program desa wisata mendapat banyak apresiasi. Mulai dari Anugerah Desa Wisata Indonesia, sertifikasi desa wisata berkelanjutan, juga kampanye sadar wisata 5.0. Puncaknya, UNWTO menobatkan Desa Wisata Penglipuran sebagai Best Tourism Villages 2023,” kata Sandiaga.
Selain program desa wisata, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Jejakin menghadirkan Carbon Footprint Calculator sebagai program untuk memonitor produksi carbon footprint atas aktivitas pariwisata di Indonesia.
Selain itu, di bawah koordinasi Kemenko Marves, pemerintah berupaya mengimplementasikan program Blue Green Circular Economy.
“Terdapat tiga program utama dalam program tersebut. Yakni penerapan instrumen ekonomi lingkungan hidup melalui dana terumbu karang, penggunaan kendaraan listrik pada destinasi wisata dan pengelolaan sampah berkelanjutan. Ini menunjukkan fokus kita untuk investasi pariwisata berkelanjutan,” kata Sandiaga.
Selain investasi di bidang infrastruktur, investasi pada pengembangan sumber daya manusia juga harus jadi perhatian utama. Hal ini juga sejalan dengan kerangka investasi sektor pariwisata UNWTO.
Selama ini sekitar 60 persen investasi di bidang pariwisata diarahkan ke bidang infrastruktur. Ke depan perlu lebih banyak investasi yang dilakukan pada manusia guna memastikan tenaga kerja yang tepat untuk resilient dan untuk menciptakan masa depan sektor pariwisata yang lebih baik.
“Kita tidak bisa berkelanjutan jika kita tidak memiliki cukup banyak manusia yang kompeten. Kita jangan hanya membangun fisik tapi kita harus fokus juga kepada sumber daya manusia. Karenanya tahun ini dan tahun depan kita akan menggiatkan dua Politeknik terbaru. Pertama adalah Poltekpar Solo Raya di Sragen untuk mendukung DPSP Borobudur dan Poltekpar Manado yang akan menopang destinasi prioritas Likupang,” ujar Sandiaga.
Menparekraf Sandiaga kemudian mengajak semua pihak untuk dapat sama-sama menjaga iklim investasi di Indonesia, termasuk media yang memiliki peranan besar.