Jumat, Februari 21, 2025

Obsat Musik Prog Rock ‘Indonesia Maharddhika’

Kecil Besar

Mereka bergerak patungan, mendanai proyek besar ini, bahkan mencari sumbangan lain yang akhirnya datang dari anggota DPR, pangamat Politik dan Sosial, juga warga biasa yang menggemari musik progressive rock. “Ada yang setror uang 5 juta, 10 juta dan akhirnya terkumpul uang yang cukup untuk proses produksi termasuk membayar fee  Rick Wakeman  dan sedikit publikasi, “ kata Kadri.

Kadri lalu mengontak Lilo KLa buat menjadi co producer buat mengawal rekaman lagu milik sejumlah grup prog rock Indonesia generasi baru, seperti Imanissimo, In Memoriam, The Miracle, Van JavaVantasma dan Atmosfera. “Saya nggak mengubah karakter band-band muda yang sudah tangguh itu, hanya mengawal rekamannya saja, “ kata Lilo merendah.

Band lain yang terlibat adalah Cockpit, band jaman baheula yang selalu asyik membawakan lagu-lagu Genesis, juga diburu pula vokalis Andi/rif, Marcell, dan penyanyi bersuara ajib…Ubiet  van Krakatau.

Menarik dicatat adalah, semua nama diatas nyaris semuanya datang dari komunitas independen, alias musisi dan penyanyi indie – termasuk Andi/rif, yang kabarnya kontrak band /rif dengan Sony Music hanya tersisa satu album.

Dengan begitu, kebebesan berekspresinya pun, maha luas. Bens menyebut, gerakan rekaman prog rock Indonesia Maharddhika ini mirip sekali dengan lahirnya album Suara Persaudaraan yang diluncurkan pada 1986 melalui label ‘Aquarius Musikindo’. Spiritnya indie, bebas merdeka dalam berkarya dan melakukan ekploraasi musik.

Jumat 20 Desember siang, Kadri Mohamad didampingi Keenan Nasution, Tiro Sanchabakhtiar, fotografer Djajusman Erlangga dan Bens Leo dari XposeIndonesia, melakukan ‘kulo-nuwun’ pada Guruh Sukarno Putra, di rumah anak bungsu Proklamator Soekarno di Jl. Sriwijaya Raya, Kebayoran Baru.

Kadri bermaksud ‘nodong ijin merekam dan membuat aransemen ulang serta meminjam nama Indonesia Maharddhika’ pada Guruh sebagai pencipta lagu bersama Roni Harahap. Tak lupa, Kadri juga membawa kontrak kerjasama, dengan nilai kontrak relam ulang yang sangat memadai.

“Saya sudah dengar cerita rekaman ini dari Keenan, saya tahu Keenan yang mengawal dari awal rekaman, saya percaya hasilnya pasti baik,“ kata Guruh.

Lalu, lagu ‘Indonesia Maharddhika’ aransemen ulang Iwan Hasan, diputar untuk didengar Guruh, “Bagus, beda  dengan aransemen kita dulu ya Keenan. Dulu waktu kami bikin Guruh Gipsy, sudah dianggap gila, sekarang ada aransemen seperti ini,“ lanjut Guruh, yang juga memuji ide memasukkan suara Keenan ‘nembang Bali’ diiringi Gamelan Bali pimpinan Kompyang Raka, dan ada suara unik Ubiet, diluar gaya nge-rock Jimmo dan Kadri.

Pimpinan Swara Maharddhika dan GSP Production ini lebih terkejut lagi tatkala Kadri memberi info, ada satu bagian permainan keyboards / synthesizer dari keyboardist Yes Rick Wakeman, ‘Dari mana kontaknya?’ tanya Guruh. ‘Iwan Hasan adalah teman baik Rick Wakeman, dan dia mau memainkan satu part yang dulu dimainkan Roni Harahap.

Di luar dugaan, Wakeman bisa memainkan persis kaya permainan Roni tahun 1976 waktu garap Guruh Gipsy, meski Wakeman belum pernah dengar Indonesia Mahardddhika versi lama. Kami baru sadar, bisa seperti itu karena sumbernya sama, adalah progressive rock atau orang juga biasa menyebut art rock,. “ kata Kadri.

Berapa Rick Wakeman dibayar? Tanya salah satu peserta diskusi, “Confidential,” jawab Panitia. Dan gak ada yang berani menjanjikan, jika album Indonesia Maharddhika ini dirilis sekitar Februari 2014 nanti ( tinggal Indra Lesmana yang akan mengisi keyboards / piano ), apakah Rick Wakeman akan datang di press conference-nya.

Satu-satunya yang mulai dipikirkan Panitia adalah, merilis album ini dalam bentuk fisik, cakram CD maupun vynil alias Piringan Hitam. Di Eropa dan Amerika, peredaran di era digital tetap didampingi dengan edar fisik CD bahkan juga vynil ( kembali lagi ) nge-trend.

Selamat berjuang Musisi Progressive Rock Indonesia. XPOSEINDONESIA Bens Leo Foto : Yuri Rahadian/Djajusman Erlangga

Must Read

Related Articles