Obsat Musik Prog Rock ‘Indonesia Maharddhika’

- Advertisement -
- Advertisement -

Tidak ada yang basi untuk membuat aransemen ulang lagu berkualitas, seperti yang pernah dilakukan Erwin Gutawa pada album Badai Pasti Berlalu yang awalnya lahir dari karya Eross Djarot dan kawan-kawan musisi Pegangsaan.

Pada tahun 2013, Kadri Mohamad bersama sahabatnya yang juga lawyer Yeni Fatmawati dan Ninot melakukannya untuk sebuah album progressive rock Indonesia, yang – Antara lain – materinya diambil dari album Guruh Gipsy (1976) yakni pada lagu ‘Indonesia Maharddhika’. 

Tanggal 19 Desember 2013 yang lalu, pre-launching album prog rock Indonesia Maharddhika digelar dalam bentuk diskusi terbuka, lesehan, Obrolan Santai Langsat ( Obsat ) di Jl. Langsat – Jakarta Selatan.  

- Advertisement -

Ditemani menu jajan pasar, nasi kucing, gorengan, juga bakso dan sate lontong, diskusi dibuka oleh Moderator Adib Hidayat dari Rolling Stone Indonesia, menghadirkan pembahas utama, Kadri Mohamad, Addie MS, Lilo KLa, Iwan Hasan, Roni Harahap dan inisiator grup Kantata Taqwa, Setyawan Djody.

Proggressive rock menurut Roni Harahap, adalah genre musik yang bisa dipahami dengan progresi chord yang njelimet, termasuk cara memainkannya. Di ‘Barat’, banyak dimainkan oleh grup art rock seperti Yes, Emerson Like and Palmer ( ELP ), Genesis.

Dan di Indonesia diadopsi oleh kelompok Gipsy, Cockpit, bahkan rekaman album Guruh Gipsy yang memadukan musik pentatonik gamelan Bali yang dikomandani Kompyang Raka, ‘dipertemukan’ dengan musik diatonik rock oleh sepasukan musisi yang – sejak awal tahun 1970-an – biasa mangkal di Jl. Pegangsaan Jakarta Pusat, yakni Keenan, Oding, Debbie Nasution, Roni HarahapGuruh Sukarno, juga ada Chrisye yang tinggal di depan rumah keluarga Nasution.

- Advertisement -
Menyalin

Di rumah keluarga Nasution ini, juga sering mangkal Eross Djarot (dulu Eross yang baru datang dari Jerman membawa Barong’s Band, masih memakai nama Eros Djarot, tanpa ‘2s’ ), Abadi Soesman serta musisi Bali pimpinan Kompyang Raka dan penyanyi Berlian Hutauruk, terutama waktu menyiapkan album Guruh Gipsy, dan Badai Pasti Berlalu. Kelak, melalui tulisan Bens Leo di majalah Aktuil, para musisi yang nge-gank di Pegangsaan itu, ditahbiskan sebagai musisi Gank Pegangsaan.

Addie MS menganggap, progressive rock sebagai genre musik dengan penggemar segmented, dengan progressi chord yang memasukkan unsur klasik, juga rock, dan sering dimainkan dengan durasi yang panjang.

Iwan Hasan juga memberi contoh,  pernah melakukannya untuk grup indie lamanya, Discus, dan Setyawan Djody pernah melakukan eksplorasi ke arah progressive rock melalui album dan konser akbar Kantata Taqwa, yang antara lain didukung oleh keyboadist Yockie Suryoprayogo, Iwan Fals dan musisi eksploratif  Sawung Djabo.

Tentang album Indonesia Maharddhika yang disebut sang inisiator Kadri Mohamad sebagai Indonesian Progressive Rock, sejatinya idenya telah ada sejak 2 tahun yang lalu, tatkala Kadri dan bandnya KadriJimmo, mengajak Once Mekel ex Dewa 19, merekam lagu progressive rock ‘Srikandi’ yang ditulis oleh Kadri Mohamad dengan lirik karya mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Rekaman dilakukan di Aquarius Studio atas bantuan penuh Surjoko, pemilik Aquarius Musikindo.

 “Pakai studio Aquarius, ini bantuan gue, karena gue suka sama spirit lirik dan lagunya, “ kata Surjoko alias  Ook dalam pertemuan dengan Kadri atas inisiatif Bens Leo di Hotel Dharmawangsa, hampir 2 tahun silam.

Kecuali menghadirkan vokalis Kadri dan Jimmo, ‘Srikandi’ juga  didukung vokalis bintang, Once Mekel dan Addie MS di dalam orkestrasi lagu “Srikandi” bersama Citi of Prague Philarmonic Orchestra. “Addie mau bergabung juga lantaran hubungan pertemanan!” Kadri menjelaskan.

Bingung mau ‘dibawa kemana’ lagu ‘Srikandi’, Kandri mencolek kawan-kawannya yang satu visi, meski berprofesi sebagai lawyer. Lalu, dimunculkan ‘sumbu keduanya’, yakni lagu ‘Indonesia Maharddhika’ dari album Guruh Gipsy.

Mereka bergerak patungan, mendanai proyek besar ini, bahkan mencari sumbangan lain yang akhirnya datang dari anggota DPR, pangamat Politik dan Sosial, juga warga biasa yang menggemari musik progressive rock. “Ada yang setror uang 5 juta, 10 juta dan akhirnya terkumpul uang yang cukup untuk proses produksi termasuk membayar fee  Rick Wakeman  dan sedikit publikasi, “ kata Kadri.

Baca Juga :  BRAND NEW EYES BATAL KIBARKAN MERAH PUTIH DI TRIB FEST 2013 - INGGRIS

Kadri lalu mengontak Lilo KLa buat menjadi co producer buat mengawal rekaman lagu milik sejumlah grup prog rock Indonesia generasi baru, seperti Imanissimo, In Memoriam, The Miracle, Van JavaVantasma dan Atmosfera. “Saya nggak mengubah karakter band-band muda yang sudah tangguh itu, hanya mengawal rekamannya saja, “ kata Lilo merendah.

Band lain yang terlibat adalah Cockpit, band jaman baheula yang selalu asyik membawakan lagu-lagu Genesis, juga diburu pula vokalis Andi/rif, Marcell, dan penyanyi bersuara ajib…Ubiet  van Krakatau.

Menarik dicatat adalah, semua nama diatas nyaris semuanya datang dari komunitas independen, alias musisi dan penyanyi indie – termasuk Andi/rif, yang kabarnya kontrak band /rif dengan Sony Music hanya tersisa satu album.

Dengan begitu, kebebesan berekspresinya pun, maha luas. Bens menyebut, gerakan rekaman prog rock Indonesia Maharddhika ini mirip sekali dengan lahirnya album Suara Persaudaraan yang diluncurkan pada 1986 melalui label ‘Aquarius Musikindo’. Spiritnya indie, bebas merdeka dalam berkarya dan melakukan ekploraasi musik.

Jumat 20 Desember siang, Kadri Mohamad didampingi Keenan Nasution, Tiro Sanchabakhtiar, fotografer Djajusman Erlangga dan Bens Leo dari XposeIndonesia, melakukan ‘kulo-nuwun’ pada Guruh Sukarno Putra, di rumah anak bungsu Proklamator Soekarno di Jl. Sriwijaya Raya, Kebayoran Baru.

Kadri bermaksud ‘nodong ijin merekam dan membuat aransemen ulang serta meminjam nama Indonesia Maharddhika’ pada Guruh sebagai pencipta lagu bersama Roni Harahap. Tak lupa, Kadri juga membawa kontrak kerjasama, dengan nilai kontrak relam ulang yang sangat memadai.

“Saya sudah dengar cerita rekaman ini dari Keenan, saya tahu Keenan yang mengawal dari awal rekaman, saya percaya hasilnya pasti baik,“ kata Guruh.

Lalu, lagu ‘Indonesia Maharddhika’ aransemen ulang Iwan Hasan, diputar untuk didengar Guruh, “Bagus, beda  dengan aransemen kita dulu ya Keenan. Dulu waktu kami bikin Guruh Gipsy, sudah dianggap gila, sekarang ada aransemen seperti ini,“ lanjut Guruh, yang juga memuji ide memasukkan suara Keenan ‘nembang Bali’ diiringi Gamelan Bali pimpinan Kompyang Raka, dan ada suara unik Ubiet, diluar gaya nge-rock Jimmo dan Kadri.

Pimpinan Swara Maharddhika dan GSP Production ini lebih terkejut lagi tatkala Kadri memberi info, ada satu bagian permainan keyboards / synthesizer dari keyboardist Yes Rick Wakeman, ‘Dari mana kontaknya?’ tanya Guruh. ‘Iwan Hasan adalah teman baik Rick Wakeman, dan dia mau memainkan satu part yang dulu dimainkan Roni Harahap.

Di luar dugaan, Wakeman bisa memainkan persis kaya permainan Roni tahun 1976 waktu garap Guruh Gipsy, meski Wakeman belum pernah dengar Indonesia Mahardddhika versi lama. Kami baru sadar, bisa seperti itu karena sumbernya sama, adalah progressive rock atau orang juga biasa menyebut art rock,. “ kata Kadri.

Berapa Rick Wakeman dibayar? Tanya salah satu peserta diskusi, “Confidential,” jawab Panitia. Dan gak ada yang berani menjanjikan, jika album Indonesia Maharddhika ini dirilis sekitar Februari 2014 nanti ( tinggal Indra Lesmana yang akan mengisi keyboards / piano ), apakah Rick Wakeman akan datang di press conference-nya.

Satu-satunya yang mulai dipikirkan Panitia adalah, merilis album ini dalam bentuk fisik, cakram CD maupun vynil alias Piringan Hitam. Di Eropa dan Amerika, peredaran di era digital tetap didampingi dengan edar fisik CD bahkan juga vynil ( kembali lagi ) nge-trend.

Selamat berjuang Musisi Progressive Rock Indonesia. XPOSEINDONESIA Bens Leo Foto : Yuri Rahadian/Djajusman Erlangga

More Pictures

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -