Di luar itu, untuk menghasilkan musik tradisi yang tidak sekadar tempelan, “Kami mau nggak mau harus banyak ketemu, banyak melakukan latihan, mengenali karakterstik masing masing alat, agar musik yang dihasilkan terdengar singkron,” kata Kompiang.
Khusus untuk pertunjukan live, menurut Ian, “Jumlah penggunaan gamelan juga harus banyak. Agar terkesan megah. Dan ini akan memakan banyak biaya dan membuat budget show tidak murah,” jawab Ian.
Bli Kompiang sendiri ikut dalam show Gong 2000 pada tahun 1991 dan 1995, yang diselengarakan secara megah di Parkir Timur Senayan.
Khusus pentas tahun1991, Gong 2000 tampil dengan menggunakan sistem suara berkekuatan 120.000 watt dan lampu berkekuatan 300.000 watt. Show megah ini dicatat didatangi sekitar 100.000 penonton.
“Itu pengalaman show dahsyat dan tak terlupakan. Tetapi khusus pagelaran di tahun 1995, saat gladi bersih, turun hujan sangat besar. Air hujan masuk ke dalam peralatan kami. Ketika malamnya kami menggelar show, suara gamelan jadi tembem. Itu bahayanya membuat pertunjukan secara open air!” kenang Kompiang terkekeh.
Album Gong 2000 yang bernuansa rock dan kental memperdengarkan instrumen gamelan itu bagi pencintanya dirasakan sebagai sebuah kemegahan tiada tara. “Kenapa gak dibikin lagi?” tanya seorang penonton Cakap-Cakap?
Ian mengaku masih tertarik dan berniat untuk membuat musik yang menggabungkan musik pentatonis dan diatonis itu. “Musik Gong 2000 seharusnya bisa diteruskan. Tapi butuh waktu. Butuh untuk sering ketemu, berdialog juga latihan secara bersama.”
Ian yang baru merilis single terbaru God Bless, berjudul “Mulai Hari Ini”. Ide liriknya berisi ajakan untuk meninggalkan masa lalu, yang termasuk di dalamnya jika itu, penuh kekelaman, dan memasuki lembaran dan nilai baru yang lebih postif. Semacam metamorfosa dari hitam ke putih, Dalam bahasa lain merupakan proses hijrah yang sebenarnya. “Seperti di dalam industry musik, kita sudah tidak bisa lagi mengelolanya seperti masa lalu. Kita harus berubah!” kata Ian tentang lagu barunya.