Lola pun bercerita, “Para nara sumber sangat waspada sekali terhadap niat kita. Mereka mengira kita intel atau mata-mata, sehingga mereka terkesan sangat menjaga jarak. Dan ini butuh proses untuk meyakinkan,” tambah Lola.
Dalam kesempatan yang sama Sari Mochtar atau akrab dipanggil Ai selaku line produser, menyebut bahwa untuk berinteraksi dengan 10 narasumber tidak gampang, dibutuhkan trik dan kesabaran sehingga mereka percaya.
“Untuk membuat mereka percaya kepada niat kami untuk memfimkan mereka, nggak gampang, kecurigaan itu ada. Bahkan ketika kita mengambil video, mereka juga mengambil video tentang kita. Jadi untuk mensiasati kita harus membantu masak atau cuci piring agar kecurigaan itu menjadi cair.Dari situ baru mereka percaya sama kita dan bisa diwawancarai secara terbuka. ” terang Ai.
Film Membuka Tabir Gelap
Eksil adalah film dokumenter perdana Lola. “Di film ini saya menggunakan gaya bertutur, sehingga akan lebih mudah untuk dicerna terutama oleh generasi milenial dan generasi Z, ” Ungkap Lola.
‘Kedua generasi ini sudah sangat berjarak dengan sejarah masa lalu, apalagi dengan disrupsi informasi yang masif sekarang ini. Kepada merekalah anak-anak muda, termasuk orangtua film ini sesungguhnya kita berikan. Agar lebih tahu dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami para Eksil,” kata Lola Amaria.
Menurut Lola Amaria, film Eksil tak bermaksud mengangkat peristiwa G30S/PKI atau politiknya, tetapi lebih dari sisi kemanusiannya dengan melihat dan mendengar langsung apa yang dialami para Eksil selama menetap di negeri orang akibat terusir dari negeri sendiri. Termasuk kerinduan dan kecintaan mereka terhadap Tanah Air.
“Film ini bukan untuk yang mengerti soal peristiwa 1965. Tapi ini untuk generasi saya dan generasi di bawah saya yang tiap tahun dicekoki film G30S/PKI. Mereka kayaknya harus tahu dari sisi sebelahnya dan ini yang bicara orangnya langsung, yang mereka yang berda di luar negeri sebelum peristiwa PKI nggak boleh pulang. Mereka punya cerita yang jujur tentang itu,” jelas Lola.