Paguyuban Swara Mahardhika, Rayakan Sumpah Pemuda Dengan Gelar Panggung Budaya

- Advertisement -
- Advertisement -

Swara Mahadhika (SM) masih ada, dan masih akan terus ada berkiprah untuk kejayaan kebudayaan Indonesia. Ini terlihat dari acara yang digelar oleh Paguyuban Swara Mahardhika bekerja sama dengan The Paviliun Sarinah Indonesia milik Puti Guntur Soekarno.

Mereka menggelar acara berjudul “Bangkit Pemuda Indonesia”, sebuah rangkaian acara pertunjukan budaya berupa tari, nyanyi dan fashion show yang didedikasikan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda, sekaligus rankaian peringatan HUT SM yang ke 45.

“Ini semacam puncak peringatan ultah paguyuban SM. Sebelum ini, kami sudah mengelar acara kegiatan sosial ke panti asuhan, panti jompo dan lain-lain. Kami sengaja mengundang para pelajar ikut ambil bagian hari ini, sebagai bentuk regenerasi dari SM,” ungkap Ati Ganda Ketua panitia kegiatan SumpahPemuda dari Studio 26 Artlink.

- Advertisement -

Acara yang digelar di Anjungan Sarinah Indonesia pada 29 Oktober ini, berhasil mengumpulkan ratusan penonton yang duduk di bangku beton, di bawah sorot terik matahari pukul 16.00 petang.

Salah satu penonton yang hadir adalah Guntur Soekarnoputra dan isteri, Heni Guntur, juga Guruh Soekarno Putra, pendiri SM sejak tahun 1977 juga alumni SM maupun penonton umum

“Saya terharu melihat anthusias penonton, sebagian ada yang membuka payung, demi menghindari terik matahari!” ungkap Ati Ganda,

- Advertisement -
Menyalin

Sejak sebelum dimulai, puluhan penonton baru mendadak muncul berdiri di bagian trotoar jalan depan Sarinah. Panggung serta merta punya dua sisi penonton, di depan dan di belakang para penampil.

Acara dibuka dengan Pasukan Pengibar Bendera Panorama dari SMKN 9 Banten, dilanjutkan dengan fashion show Benny Ardianto, Aie Syarif 1965, yang dibawakan Peragawan & Peragawati Swara Maharddhika, kemudian ada Tari Saman dari SMA Lab School Cibubur, penampilan Sanggar Kembalikan Baliku pimpinan Sandriya Kamerun yg merupakan cucu dari Guntur Sukarno, juga tampilan penyanyi Alisha & Sasha

Dididik Idealis

Paguyuban SM, menurut Ati Ganda terdiri dari para anggota SM dari angkatan Pertama hingga XII, yang masih aktif melakukan serangkaian kegiatan sosial dan pelestarian budaya.

“Kami ingin menunjukkan Paguyuban SM masih aktif dan selalu berupaya melakukan kerja kreatif yang maksimal. Kami tidak mencari uang utk kegiatan ini, kami mencari pertemanan dan menjalin persahabatan serta silaturahim sesama anggota,” ungkap Ati Ganda lagi.

Baca Juga :  Global Sources Electronics Indonesia (GSEI) 2023

Ati Ganda juga menyebut paguyuban SM dibentuk untuk menunjukan tentang citra baik. “Sekecil apapun acara yang kita buat, harus digarap secara maksimal dan profesional!”

Indro dari kelompok Warkop mengaku terharu melihat anthusiasme para penari SM senior yang sudah berusia diantara 50 sd 60 tampil petang itu.

“Saya mengenal mereka sejak tahun 1977, gerak tari dan cara senyumnya tidak berubah. Itu kekuatan sekaligus trade merk SM yang sulit ditiru. Jujur saya menitikan air mata ketika melihat tari Melati Suci dan Damai dimainkan lagi!” ungkap Indro.

Kata Indro, dulu ia bersama dua rekannya yang sudah almarhum, Kasino dan Dono, secara sengaja atau tidak ikut tertarik masuk ke dalam SM.

“Di tahun 77 an itu, Mas Guruh Soekarno bukan hanya sekadar mengajarkan tari di SM, tapi juga memupuk cinta dan bangga dengan budaya sendiri. Di era Soeharto itu, perlu perjuangan keras untuk menampilkan pertunjukan sekelas broadway, tapi dengan isi budaya dari negeri sendiri,” kata Indro.

“Lebih parah lagi, karena situasi politik zaman itu, gara-gara SM mau manggung, saya sempat dipanggil ke Polda dengan Mas Guntur, meski tidak sampai nginep di penjara!” kenang Indro,

Persatuan & Kesatuan adalah Kekuatan

Paguyuban SM, hingga hari ini bersyukur mendapat tempaan dari Guruh Sukarno untuk terus memupuk cinta pada budaya sendiri dan cinta tanah air.

“Kami baik perempuan maupun laki-laki, bertahun-tahun dididik dan ditantang Mas Guruh untuk mau mengenakan kain dari rumah ke tempat latihan. Dan tidak perlu malu, karena kain adalah budaya Indonesia dari Sabang sampai Meurauke!” ungkap Hendro Soesarso, salah satu orang di balik layar SM, mengenang

Shanty Sandra Primanty, yang mengelola keuangan, menyebut tantangan paguyuban SM ke depan adalah, bagaimana bisa terus mewujudkan sebuah pertunjukan yang benar-benar hasil swadaya.

“Di sinilah kekompokan seluruh anggota paguyuban diuji, agar bisa berbagi, bergotong royong memberikan sumbangsih dan tali kasih untuk kegiatan terlaksana. Dan kita punya semboyan, bahwa persatuan dan kesatuan adalah kekuatan kita!” tutup Shanty. XPOSEINDONESIA Foto : Muhamad Ihsan, Dudut Suhendra Putra

pagelaran paguyuban sm
pagelaran paguyuban sm
paguyuban swara mahardhia
paguyuban swara mahardhia
penari menghadap penonton di depan dan belakang
penari menghadap penonton di depan dan belakang
penari
penari
- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -