“Pak Pras melihat niat ini sesuatu yang priceless. Sekaligus berguna, karena bisa jadi ilmu yang harus di-share. Di mana ada moralnya,” ujar Harry menyebut asal muasal para founder sepakat menghidupkan JDS.
Mulailah dilobi sejumlah para instruktur lulusan America, seperti Hollywood California, Barkley of The Music, Drumer Collective dan lain-lain.
“Dengan deretan instruktur lulusan luar negeri cukup menjadi support system di back bone Jakarta Drum School,” kata Taufan lagi.
Sejak awal berdiri, Harry maupun Taufan menyadari, apa yang mereka kerjakan bukan semata-mata berurusan dengan bisnis.
”Namun, kita harus meninggalkan legacy, dan di usia 17 tahun, kita lihat achievement yang kita dapatkan adalah banyak murid kami yang sukses dan bisa masuk ke industri musik. Atau yang dulunya murid di sini, sekarang sudah bisa mengajar,” ungkap Harry Murti.
Taufan merasa bersyukur, bisa melewati 17 tahun usia JDS, “a lot bloods, sweats and tears lah. Banyak orang tua murid yang tanya, kok bisa JDS bertahan sampai sekarang? Jawabannnya, ini semata karena sistem pengajaran yang kita gunakan, juga para pengajar yang loyal. Dan yang pasti lagi, kita berterima kasih dengan dukungan penuh Pak Pras hingga hari ini,” ungkap Taufan.
Kids Program
Institusi pendidikan drum yang dirancang Taufan dan Harry memang unik, memberikan informasi dan pelajaran drum dari kelas anak-anak hingga dewasa.
Jika calon murid tidak bisa not balok, mereka tetap bisa diterima. “Kan namanya juga masih anak-anak. Mereka bisa belajar di sini, motto kami We Made It A Better Drummer,” ungkap Harry.
Namun, pilihan JDS membuka kelas anak-anak, bukan tanpa persoalan.
“Dalam menghadapi anak-anak di bawah umur tujuh tahun tidak bisa dengan memaksa. Kita juga tidak bisa banyak bicara di dalam kelas,” kata Taufan.
Murid anak-anak itu, kalau belajar drum, masuk kelas maunya hanya untuk bermain drum.