Tanggal 5 Oktober sampai pertengahan Oktober,  digelar Pameran, Diskusi / Workshop Seni Sastra yang akan berujung pada pemberian Anugerah Sastra Darmawangsa dan akan memakai panggung utama berbentuk Amphy Theater, outdoor – panggung terbuka yang berpemandangan indah sebagai puncak acaranya. Pertemuan dengan Prayitno  dan Franki Raden di Rumah Wayang dan Topeng Ubud ini segera saya laporkan via telpon pada Dharma Oratmangun, Ketua Panitia World Ethnic Music Festival 2013 yang akan digelar di Bali, pekan ketiga November.  

Saya menyarankan, Panggung Amphy Theater dan 2 Rumah Joglo yang disiapkan sebagai ruang pamer karya seni itu, bisa dipakai sebagai panggung World Ethnic Music Festival 2013, mendampingi Art Centre Denpasar yang sejak awal sudah dipilih oleh  Kementerian Pendidikan Kebudayaan sebagai pusat pergelaran. 

Ditawar  Dipindah ke Singapore

Ada 3 orang  yang pantas disebut sebagai penggagas dan pejuang seni yang membangun Rumah Wayang dan Topeng Setia Darma di atas tanah 1.2 hektar ini, yakni Hadi Sunyoto, pengusaha dan kolektor Wayang dan Topeng, kini menetap di Jakarta, A. Prayitno, yang hanya mau disebut sebagai Pengelola dan seorang Pastor Khatolik, yang  tidak mau disebut namanya. Embrio berdirinya Rumah Wayang sudah ada sejak tahun 1998, tapi resmi dibuka pada 2006. 

Baik Hadi Sunyoto dan Prayitno tidak mau menyebut Rumah Wayang dan Topeng ini sebagai Museum, “Karena kami memang hanya memamerkan koleksi pribadi, dan tidak ada campur tangan orang lain, termasuk dari Pemerintah, Karena itulah datang ke sini silahkan, mau motret silahkan, mau niru isinya, ya monggo. Misi kami adalah pelestarian barang seni, untuk ilmu pengetahuan, dan ruang buat pekerja seni memperkenalkan karyanya di sini, “ kata Prayitno merendah. 

Suatu hari, Prayitno  bertemu seorang pengusaha dan kolektor barang seni dari LN, dan meminta data harga semua koleksi Rumah Wayang dan Topeng, termasuk Rumah Joglo-nya,. Sebulan kemudian bersama temannya, pengusaha itu datang lagi ke Rumah Wayang, dan menawar semua isi koleksi Rumah Wayang dan Topeng, tapi untuk dipindah ke Singapore, “Kami langsung tolak, gak marah saja sudah untung, “ kata Prayitno disertai tawa.

Di Perpustakaan Esplanade di Singapore, saya temukan koleksi PH keroncong dan dan gamelan dari Jawa, instink wartawan saya bicara, ini pasti barang selundupan dari Indonesia, “Ya, kami beli dari kolektor musik asal Indonesia, “ kata penjaga Perpustakaan Esplanade,. Maka, proficiat atas keteguhan hati pemilik Rumah Wayang dan Topeng  dari Ubud, karena mereka tidak menjual harta karun seni Indonesia buat kekayaan pribadi sesaat….. (Teks dan Foto : Bens Leo)

 More Pictures

1
2
Prev NewsBandara dengan Toilet Terbersih di Indonesia
Last NewasObesitas dan Dampak Negatifnya