Slank ( memang ) ‘Nggak Ada Matinya’

- Advertisement -
- Advertisement -

Dalam tempo satu bulan, Slank membuat tiga aktivitas besar : launching Album Gres, Konser Akbar dan merilis film “Slank Nggak Ada Matinya”. Rangkaian acara tiga Dekade usia band rock asal Potlot Jakarta itu.

Tagline : Slank Tak pernah Bubar!

Tagline “Slank Nggak Ada Matinya” sejatinya ditemukan Slank saat mereka menggelar tour keliling Jawa Bali, menyambangi fansnya yang ‘terlanjur curiga’, Slank bubar. Kecurigaan itu terjadi pasca keluarnya Pay (gitaris), Indra Qadarsih (keyboardist) dan Bongky (bassist) dan Slank menyatakan vakum panjang sepanjang 1995 – 1997, sampai akhirnya diputuskan, Slank harus bikin pernyataan resmi dengan cara menyambangi langsung basis massanya di Jawa dan Bali, dalam bentuk tour sosialisasi statement Slank Gak Pernah Bubar.

Suatu hari pada tahun 1996, saya – Bens Leo diundang rapat di markas Slank di Jl. Potlot 3, Jakarta, “Kami akan jalan di radio-radio di Jawa Bali, mengunjungi Slankers,” kata Bimbim dengan gaya bicara yang ‘ngambang’.

- Advertisement -

“Slank mau tour radio? Slank percaya pada peran radio?” tanya saya. Sepanjang berdirinya Slank di 1983, waktu mereka masih hidup ber-rock n roll-an di bawah bayang- bayang The  Rolling Stones, sampai merilis album perdana di bawah Eksekutif Produser Budi Susatyo, Slank agak jarang tour wawancara radio,

“Tapi gue sebenarnya sadar, peran wartawan dan radio luar biasa, Slankers justru bisa berkomunikasi dengan Slank melalui radio, “ jawab Bimbim. Maka, pada tahun 1996 itu (awalnya yang selalu saya ingat tahun 1997),  Slank menggelar tour radio, hanya dengan 3 personil : Bimbim (drums), Kaka \(lead vocal, gitar bolong ) dan Ivanka (bas).

Bens Leo ditunjuk sebagai Tour Manager. Yang menarik, tour (wawancara) radio ini juga sesekali mengharuskan Slank tampil live, bahkan di kota Solo, alm Tony Hartono dari Radio PTPN FM, mencari sponsor rokok dan memanggungkan trio Slank di lapangan Sriwedari, yang bisa memuat lebih 1000 orang…..

- Advertisement -
Menyalin

Di radio PTPN yang punya mata acara Solo Slankers, ada gitaris muda yang mendapat ‘hadiah’ bisa jam session dengan Slank, hasil audisi belasan gitaris dari Solo dan sekitarnya. Gitaris itu akhirnya mendapat kesempatan bermain bersama Slank di 3 lagu terakhir yang dibawakan trio Slank.

Di kota Wonosobo yang berhawa dingin, Slank membuat panas panggung dan aundiens, tatkala perform di panggung terbuka, juga hanya bertiga : Bimbim, Kaka dan Ivan.  Selebihnya Slank tampil akustikan di Cirebon, Kediri, RRI Pro 2 Semarang, di Surabaya serta  tampil di halaman parkir radio swasta di Jember. Tahun 1996 itu, total  Slank mengunjungi sekitar 26 radio, di Jawa dan Bali.

Menarik dicatat adalah, munculnya tagline yang diyakini sebagai ‘sumpah dan janji bahwa Slank tak pernah ( ingin ) bubar’. Tagline itu bunyinya : ‘Selama Republik Indonesia Masih Berdiri, Slank Tak Pernah Bubar!’.  

Biasanya kalimat itu diucapkan Bimbim dan Kaka jelang wawancara dan waktu mengakhiri wawancara radio. Dengan tagline inilah, saya melihat fanatisme yang sangat kuat dari Slankers. Di RRI Pro 2 FM Semarang, dalam siaran live onair, tiba-tiba 6 anak muda mendahului ucapan Bimbim dan Kaka, ‘Selama Republik Indonesia Masih Berdiri, Slank Tak Pernah Bubar….’. Kaka, Bimbim dan Ivan kaget, juga crew RRI Pro 2.

‘Kok kalian tahu tagline tour raio Slank?’ tanya Bimbim dengan ‘nada telernya’, “Kan kami ngikutin Slank dari Cirebon, “ jawab satu dari 6 anak muda itu. ‘Kalian naik apa ke sini?’ tanya Kaka, ‘Naik motor Bang!” jawab Slanker lainnya. ‘Makannya, minumnya dari mana, beli bensinnya? Tidur dan mandi kalian?” tanya Bimbim. ‘Kan ada Slankers di tiap kota. Ada masjid dan mushola tempat kami tidur dan mandi….’ Jawab anak muda yang lain. Kami Slankers Cirebon Bang….’.

Kaka, Bimbim dan Ivan terkesiap mendengar jawaban itu , juga Bunda Iffet yang mengikuti tour radio itu bersama adik dan abang Bimbim, mereka menangis haru. Mereka baru sadar, Slankers memang loyal luar biasa. Di daerah sekitar Saradan dekat Ngawi, bendera dan syal Slank diserahkan dari Slankers  Jawa Tengah  pada Slankers Jawa Timur yang diwakili Slankers  Malang. Seperti estafet dalam sebuah lomba lari…..

Ngegele…….Cerita Asli dan di Film

Tapi saya – Bens Leo – merasa putus asa saban hari selalu gagal membangunkan Kaka dan Bimbim pagi hari jam 7. “Masih mandi Mas….’ Begitu selalu jawab Bimbim yang saya duga lagi berendem.

Ivan yang sekamar dengan saya, juga selalu masuk kamar lagi sekitar jam 04.00, dia keluar kamar hotel tengah malam, dengan alasan insomnia, “Karena sepanjang tour radio Slank, gue gak pernah diperkenalkan sebagai bassist baru Slank, gue gak bisa tidur….” alasan Ivan.  Belakangan saya tahu, mereka bertiga masih ngegele……

Di Jawa Tengah, saya mulai meminta Bunda Iffet membantu mendisiplinkan Kaka, Bimbim dan Ivan, agar jadwal wawancara radio tidak gagal, kerana ternyata hanya Bunda Iffet yang didengar, bukan saudaranya, juga bukan tour manager-nya. Maka saya menyarankan, agar manajemen Slank dipegang Bunda Iffet, bahkan saya meminta agar Bunda membuat terapi penyembuhan total Slank yang tersisa itu dari pengaruh narkoba…..

Dalam film Slank Nggak Ada Matinya, cerita dan pengalaman saya sebagai tour manager Slank di atas tidak ada, “Film Slank ini bercerita setelah tour radio bersama Mas Bens, dimulai dari saya dan Abdee diajak nge-jam sama Bimbim, Kaka di Potlot , waktu itu Ivan sudah ada, “ cerita Ridho di bioskup XXI Epicentrum usai preview film Slank. “Juga gak ada cerita kenakalan saya dan Abdee, “ lanjut Ridho sambil melepas tawa. Tapi gitaris Slank yang pernah berbisnis ‘paberik gitar’, futsal dan kini mengelola café ini mengakui, film Slank Nggak Ada Matinya adalah realita, hampir 100% terjadi.

“Persentase ceritanya nyaris 100 persen realita, kalo ada tambahan itu untuk menguatkan cerita, biar gak datar, “ lanjut Bimbim. Juga cerita tentang ketemunya Kaka, Bimbim dan Ivan dengan isteri mereka, ‘Kejadiannya mirip kaya gitu,” lanjut Bimbim. Termasuk satu scene tentang awal mula perceraian Kaka dengan isteri pertamanya, dan pertemuan Kaka dengan isterinya yang sekarang.

Mengalir, Enak Ditonton

“Slank Nggak Ada Matinya” yang disutradarai Fajar Bustomi adalah film layar lebar kedua Slank setelah film Slank yang digarap Garin Nugroho. Diprediksi, “Slank Nggak Ada Matinya” akan lebih mudah mendulang penonton, karena realita tadi, true story,  apalagi akting Adipati Dolken ( sebagai Bimbim ), Ricky Harun ( Kaka ), Aaron Ashab ( Ivan ), Ajun Perwira ( Ridho ) dan Deva Mahendra ( Abdee ), lebih dari sekadar lumayan.

Sejauh ini, Deva yang paling kelihatan amat mirip dengan Abdee, juga slank bicaranya yang khas Palu, kota kelahiran Abdee.  Sutradara Fajar juga cukup detil mengungkap perilaku anak mida kena drugs, seperti giginya yang kehitaman, gaya bicaranya yang ‘ngambang’, atau edegan mencokok hidung sendiri, Menarik dicatat adalah, lolos sensornya film “Slank Nggak Ada Matinya”, terutama pada scene Kaka dan Bimbim  yang mengerang katagihan, atau Ivan yang ngamuk berat, dan bersama ngambek nggak mau main di tengah pertunjukan Slank…..karena katagihan drugs.

“Slank Nggak Ada Matinya” juga menyisipkan humor yang segar, diyakini sebagian adalah trick sutradara buat menjadikan film gak bikin bête, seperti adegan Kaka menolak ‘lamaran’ Penny – Slankers cewek, dengan lirik penolakan cinta Kaka yang dinyanyikan di depan Penny……Penny  diperankan sangat bagus oleh Chika Jessica, aktris sinetron yang sedang naik daun.

Juga ada scene yang bikin penonton tertawa, yakni seorang  stage manager cewek meminta agar Slank mau tampil di di tengah pertunjukan, karena konser musik akan ditutup oleh band lain. Kaka dan Bimbim setuju, karena – bagi mereka, lebih cepat selesai lebih bagus, diceritakan, bersama Ivan mereka pengen cepat pulang ke hotel, karena  rindu…..ngegele.

Adegan lucu itu adalah, Slank menutup show-nya dengan lagu ‘Kamu Harus Pulang’.  EO dan band pengisi acara kaget, tatkala lagu ‘penutup’ konser Slank itu usai dinyanyikan, penonton yang ribuan jumlahnya di venue outdoor……semua benar-benar pulang. Diceritakan, promotor panik, band yang tampil berikutnya melongo, lalu marah besar…..Adegan ini termasuk gagasan jenial dari sutradara dan penggali gagasan ceritnya.

Dari sisi edukasi, Slank Nggak Ada Matinya menyimpan pesan moral, pesan social kemanusiaan, dan solidaritas. Meriam Bellina yang menmerankan Bunda Iffet bermain cemerlang. Ia bisa menggambarkan kegigihan seorang Ibu sekaligus manajer band besar yang tegas, meski kadang rapuh melihat anak dan ponakannya – Bimbim dan Kaka yang sudah kena drugs parah.

Tak kalah menarik adalah lokasi pembuatan film di Potlot, beberapa barang yang ada dalam film, adalah aksesorui aslinya. Fajar Bustomi dan penulis scenario Cassandra Massardi berhasil mengarap cerita lumayan detil, dan itu dipuji oleh Bimbim dan Kaka,

“Filmnya jadi enak ditonton, dan lagu Slank masuknya juga pas, editingnya juga bagus, ngalir, dengan durasi pas, gak lebih 1,5 jam,“ pendapat Bimbim. Pemeran penting lainnya adalah Tora Sudiro, sutradara Hanung Baramantyo, The Changcuters, juga ada Desta dan Ingrid Widjanarko, orang-orang yang berperan bagus di jagad acting. Film ditutup dengan penampilan Kaka, Bimbim, Ivan, Abdee dan Ridho dalam suasana santai. Happy ending yang oke….

Menpora Roy Suryo sepakat menyebut, “Slank Nggak Ada Matinya” adalah sebuah film dengan unsur edukasi, “Pilih yang bagus, buang yang buruk, “ kata kelokter mobil kuno asal Yogya itu. Bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan dan mantan Wagub Jabar Dede Yusuf, Menpora duduk di deret kursi VIP, ikut tertawa waktu adegan di layar harus dianggap lucu…..

Tatkala Bunda Iffet ditanya, mungkinkah akan ada film Slank berikutnya, manajer Slank itu menjawab, “Silahkan jika masih ada sisa cerita dari perjalanan hidup Slank.”. Dan banyak yang mengusulkan, era awal berdirinya – teruitama era keemasan Slank formasi ke 13 ; Bimbim, Kaka, Pay, Indra Q dan Bongky –  sampai Konser Slank di Stadion Utama dengan bintang tamu – antara lain Menperdag Gita Wiryawan main piano, pantas difilmkan, sebagian di antaranya film dokumentasi. Karena, ….Slank  ( memang ) Nggak Ada Matinya. ( Bens Leo untuk Xpose Indonesia)

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -