Tengoklah pada puisi “Ikuti Aku”
Dan inilah aku: macan!
Si penjaga lestari hutan
semua binatang lain hormat padaku
manusia pun takjub
Penerima Piala Penghargaan Life Time Achivement FFWI tahun 2022 ini, terlihat masih banyak menulis dengan cara “konvensional” dalam memberi pesan.
“Tak dapat saya elak, sebagian puisi merupakan puisi bertenden, yakni puisi yang mengandung pesan dan ajak berbuat kebaikan atau kebajikan,” ujarnya sambil menyebut contoh-contoh puisi tersebut, antara lain ”Membungkus Matahari”, “Dua Kuping Satu Mulut”, “Seperti Sepatu”, “Lebih dan Kurang”, “Bungkus Plastik”
Dengan pendekatan penulisan begini, menurut Wina, “Setidaknya saya sudah memulai sesuatu yang baru. Membuat kumpulan puisi untuk anak-anak dengan cara pendekatan anak pada zamannya!”
Buku Puisi “Memetik Bulan” terbitan Situseni Bandung ini, bakal dijual seharga Rp 100.000 (sudah termasuk ongkir ), didesain dengan gambar khas anak-anak, yang lucu, segar dan terkesan pintar.
Ambil contoh pada ilustrasi untuk puisi “Burger Sapi”, misalnya. Tergambar setangkup roti burger bulat yang di tengahnya tergeletak santai seekor sapi sedang pulas tertidur.
Buku Langka
Sampai saat ini, jumlah penerbitan buku kumpulan puisi untuk anak-anak masih terhitung masih sangat sedikit.
“Segelintir, dapat dihitung dengan jari sebelah tangan. Itu pun kalau memang benar ada,” üjarnya.
Wina berharap, sekecil apapun, buku ini dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan budaya perpuisian.
Wina juga menyampaikan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu terbitnya buku ini, yang tidak ia sebut satu persatu, termasuk yang sudah memberikan testimoni di halaman belakang buku, antara lain Prof Wahyu Wibowo, Christine Hakim, Noorca Massardi dan Eka Budianta.
Buku puisi yang secara pribadi dibuat khusus untuk kedua cucu kembar Wina, yakni Kalino Armada Dwinanto dan Kainan Armada Dwinanto ini, sangat layak dibaca para orang tua agar memahami bagaimana mengapresiasi bakat dan minat seni anak-anak XPOSEINDONESIA Foto : Dokumentasi Situseni Bandung