Jadi dengan orang yang berkunjung ke sini, pulangnya mereka membawa kenangan bahwa masyarakatnya oke, daerah pariwisatanya menarik, dan pemerintah daerah mengayomi.
Selama ini dengan banyak strategi yang sudah di jalankan, terutama sosialisasi perubahan itu, adakah kendala yang dihadapi?
Kendala utamanya memang klasik ya di anggaran. Kami memang ada bantuan dari pusat, yang tadinya pelatihan-pelatihan semacam tingkat untuk pelaku wisata hotel. Kami juga mencoba mendidik atau mendiklatkan teman-teman yang berhubungan langsung dengan wisatawan misalnya para supir ojek, para pedagang yang berjualan di pinggir pantai dan guidenya, jadi jangan sampai tamu-tamu yang datang menerima informasi yang berbeda.
Seperti kita lihat kemarin pulau-pulau cantik belum terekspose oleh teman-teman pelaku wisata, jadi mungkin rekan-rekan media juga begitu melihat ini kenapa nggak digali lagi, nah itulah yang program salah satu program nanti ke depan.
Akan kami tampilkan kami duduk dulu SDMnya baru mereka bisa menjual, mereka tidak bisa menjual kalo mereka tidak punya ilmu.
Setelah ditetapkan menjadi destinasi pariwisata 10 Bali baru, merasa terbebanikah dengan status itu?
Terbebani pasti iya, karena itu menyangkut dukungan dana yang besar, makanya kita ada rencana induk peraturan daerah, rencana induk pengembangan pariwisata itu ada beberapa dinas seperti PUPR, DKP Kelautan dan Perikanan, Bapeda Perencanaannya jadi dengan permasalahan yang komplek jadi bisa memberikan masukan contoh misalnya salah satu tempat wisata apabila jalannya jelek itu akan mengurangi kunjungan untuk ke daerah tersebut. Jadi seperti harapan Pak Gubernur bahwa seluruh tempat wisata harus ada mushola, wc, tempat parkir yang permanen, marka-marka jalan menuju daerah wisata harus dibuat, sehingga nanti wisatawan yang berkunjung, bisa membawa sendiri mobil menuju tempat wisata dengan membuka google map. XPOSEINDONESIA – Foto Dudut Suhendra Putra