Fadjri Djagahitam : Pariwisata Pasca Tambang Jadi Andalan Kami.

- Advertisement -
- Advertisement -

Di hari terakhir pelaksanaan FamTrip Exploring Bangka Belitung 2019,  Fadjri Djagahitam Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Pemprov Kepulauan Bangka Belitung mengajak wartawan untuk makan malam bersama  di Kampung Dedaun Resto  Jl Raya Sijuk Tanjung Tinggi, Belitung.

Dalam acara tersebut empat  wartawan yang ikut serta, melakukan perbincangan dengan Fadjri Djagahitam. Dudut Suhendra Putra dari XposeIndonesia  merekam percakapan tersebut :

Terkait pembukaan penerbangan Wings dari Bandung ke Pangkal Pinang dan Bandung Belitung bagaimana Pemprov Kepulauan Bangka Belitung menangapinya?

- Advertisement -

Untuk penerbangan Wings,  kita belum mempersiapkan acara khusus. Tetapi kami akan melakukan konfirmasi  dan kordinasi dengan pihak Wings, Angkasa Pura mengenai acara peluncuran penerbangan pertama Bandung-Pangkal Pinang dengan Bandung- Belitung,  

Kalo bisa, kami juga akan Mengundang pelaku pariwisata, Dengan harapan para pelaku wisata membuka mata, bahwa mulai 9 Agustus 2019,  Bangka Belitung sudah dimasukin Wings yang langsung penerbangan Husein Sastranegara ke Tanjung Pandan dan juga ke Pangkal Pinang.

Selama ini bagaimana market Bandung  untuk pariwisata kepulauan Provinsi Bangka Belitung?

- Advertisement -
Menyalin

(Posisi) Bandung itu memang jadi target pasar wisata kita, setelah Jakarta dan  Yogyakarta. Makanya mungkin Wings sudah survey berbulan malah bertahun-tahun. Dengan hasil survey  itu, mereka berani membuka jalur ini. 

Saya  juga mendapat informasi dari Kadis Pariwisata Belitung, bahwa Jetstar akan membuka penerbangan juga dari Singapura ke Tanjung Pandan, juga dari Malaysia ke Tanjung Pandan cuma mereka minta survey bersama,  dan paling lama bulan April 2020. 

Setelah acara Famtrip ini, apa  harapan Bapak untuk sisi pemberitaan?

Kami sangat berharap, para media dapat lebih mengeksplore negeri ini. Yang tadinya orang tahu Belitung  mungkin hanya 30 persen, kami harap  (meningkat) bisa jadi 60 persen ke atas. Bangka Belitung  itu seperti bayi cantik yang perlu di explore lagi lebih luas. Kami pun rencana akan meluaskan pameran kami yang tadinya di wilayah Asia, tahun depan, kami  mencoba mengikuti event  di Berlin.

Apa  masukan bagi peserta Famtrip?

Kami berharap para peserta Famtrip bisa memberikan masukan juga koreksi, baik dari segi pemerintahan,  kebijakan, dan  aturan  aturan, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten. 

Kalau memang  kami menjadi  tujuan wisata setelah Bali, seperti yang telah ditetapkan Kemenpar,  kami berharap nanti temen-teman bisa lebih tajam menulis berita tentang pariwisata Bangka dan Belitung khususnya Belitung.  

Agar target kami 2020 masa jabatan Gubernur untuk periode kedua ini,  kami sudah siap untuk tinggal landas dan mempersiapkan pasca tambang.  Pasca tambang itu pariwisata menjadi andalan kami.

Apa destinasi unggulan wilayah Bangka?

Bangka itu dia tidak begitu jauh dengan Belitung. Cuma dipisah laut.  Cuma kemarin kita  memang belum  sampai ke utaranya Pulau Bangka.

Di utaranya Pulau Bangka itu hampir mirip seperti Belitung dan Belitung Timur. Jadi dia ada Pulau Lampu, Pantai Pesaren, Pantai Pejam, yang struktur tanah, pantai, hutan, bukitnya hampir mirip dengan Belitung. Nah kami akan mencoba melirik Bangka sebelah Utara, jadi nanti mulai dari utara Pulau Bangka sampai Selatan itu,  kami punya destinasi baru untuk dijual ke dalam maupun luar negeri.

Ada destinasi baru lain yang ingin ditawarkan di tahun 2020 ?

Kami coba juga nanti. Karena kita ada banyak perbukitan dan juga tambang bawah tanah. Kami akan mencoba kawasan-kawasan tambang, bekas tambang maupun laut seperti di Thailand. 

Di Thailand itu setelah mereka selesai penambangan laut,  kemudian dijadikan destinasi wisata.  Dan itu sangat maju. Kita perlu tenaga-tenaga ahli di bidang pariwisata untuk mempersiapkan rencana 10 sampai 20 tahun ke depan, agar pasca tambang kita benar-benar siap untuk tinggal landas meninggalkan tambang.

Berarti selain menjual pantai, akan dicoba bekas tambang  untuk dijadikan destinasi pariwisata?

Iya, kita mencoba untuk merehabilitasi tambang-tambang baik di darat maupun di laut, dan kita jadikan destinasi wisata. Beberapa Negara (sudah melakukan ini), pasca tambang,  (dijadikan) pariwisata dan  sangat maju.

Baca Juga :  Wishnutama Kusubandio Siapkan Tiga Tahapan Merespon Dampak COVID-19

Selama ini wisatawan lebih banyak ke Belitung atau ke Bangka?

Semenjak terbitnya film ‘Laskar Pelangi’, wisatawan memang cenderung 50 sampai 60 persen ke Belitung. Sementara ke Bangka itu dia lebih banyak berurusan dengan pemerintahan karena memang pusat ibukotanya di Pulau Bangka.

Strategi promosinya seperti apa yang perlu dibuat agar Pulau Bangka dan Pulau Belitung menjadi lebih dikenal wisatawan?

Strategi kami memang mengutamakan kesamarataan. Biar nggak ada kecemburuan masyarakat.

Jadi nanti Pulau Belitung yang menjadi destinasi andalannya khan laut. Sedangkann  di Bangka mungkin ke arah daratanya. Kalau memang penambangan sudah selesai di laut,  maka baru kita fokus ke arah laut. 

Tambang itu tidak bisa diperbaharui.  Mau tidak mau kita harus siap, jangan seperti Dabok Singkep begitu di tinggal PT. Timah, malah jadi kota hantu.  Bertahun-tahun mungkin lebih 20 tahun, mereka tidak bisa dipakai lagi. Karena ketidaksiapkan pemerintah daerah pasca tambangnya. 

Jadi kami tidak mau seperti itu, makanya perlu pemahaman dari seluruh sektor oleh instansi terkait untuk memahami hal ini, jadi kita jangan terlena dengan hasil tambangnya. Karena walaupun Belitung ini tidak di explore lagi tambangnya,  pembagian bagi hasilnya itu tetap dapat mereka. 

Jadi bagaimana kita memberi pengertian. Karena  mereka  itu (memiliki)  4000 pegawai. Itu yang menjadi pemikiran kita juga. Apabila tambang ditutup maka jumlah 4000 pegawai, harus dikali 2 anak,  dikali satu istri, berarti  ada sekitar 16.000 manusia yang perlu kita pikirkan.  Itu jangka panjangnya.

Bagaimana dari sisi SDM? Awalnya tambang kemudian pariwisata, bukankan dibutuhkan  yang berbeda. Bagaimana  Pemrov mengatasi permasalahan ini?

Kita sudah mempersiapkan SDM di bidang pariwisata terutama yang bergerak di sektor perhotelan, jadi dari mulai pegawai yang paling kecil office boy sampai juga setingkat manager. Kita mulai mendidik mereka dengan diklat-diklat khusus pariwisata.

Jadi dengan orang yang berkunjung ke sini, pulangnya mereka membawa kenangan bahwa masyarakatnya oke, daerah pariwisatanya menarik, dan pemerintah daerah mengayomi.

Selama  ini dengan banyak strategi yang sudah di jalankan,  terutama sosialisasi perubahan itu, adakah kendala yang dihadapi? 

Kendala utamanya memang klasik ya di anggaran. Kami  memang ada  bantuan dari pusat, yang tadinya pelatihan-pelatihan semacam tingkat untuk pelaku wisata hotel. Kami juga mencoba mendidik atau mendiklatkan teman-teman yang berhubungan langsung dengan wisatawan misalnya para supir ojek, para pedagang yang berjualan di pinggir pantai dan guidenya, jadi jangan sampai tamu-tamu yang datang menerima informasi yang berbeda.

Seperti kita lihat kemarin pulau-pulau cantik belum terekspose oleh teman-teman pelaku wisata, jadi mungkin rekan-rekan media juga begitu melihat ini kenapa nggak digali lagi, nah itulah yang program salah satu program nanti ke depan.

Akan kami tampilkan kami duduk dulu SDMnya baru mereka bisa menjual, mereka tidak bisa menjual kalo mereka tidak punya ilmu.

Setelah ditetapkan menjadi destinasi pariwisata 10 Bali baru, merasa terbebanikah dengan status itu?

Terbebani pasti iya, karena itu menyangkut dukungan dana yang besar, makanya kita ada rencana induk peraturan daerah, rencana induk pengembangan pariwisata itu ada beberapa dinas seperti PUPR, DKP Kelautan dan Perikanan, Bapeda Perencanaannya jadi dengan permasalahan yang komplek jadi bisa memberikan masukan contoh misalnya salah satu tempat wisata apabila jalannya jelek itu akan mengurangi kunjungan untuk ke daerah tersebut. Jadi seperti harapan Pak Gubernur bahwa seluruh tempat wisata harus ada mushola, wc, tempat parkir yang permanen, marka-marka jalan menuju daerah wisata harus dibuat, sehingga nanti wisatawan yang berkunjung, bisa membawa sendiri mobil menuju tempat wisata dengan membuka google map. XPOSEINDONESIA – Foto Dudut Suhendra Putra

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -