Jumat, Februari 21, 2025

Fadjri Djagahitam : Pariwisata Pasca Tambang Jadi Andalan Kami.

Kecil Besar

Berarti selain menjual pantai, akan dicoba bekas tambang  untuk dijadikan destinasi pariwisata?

Iya, kita mencoba untuk merehabilitasi tambang-tambang baik di darat maupun di laut, dan kita jadikan destinasi wisata. Beberapa Negara (sudah melakukan ini), pasca tambang,  (dijadikan) pariwisata dan  sangat maju.

Selama ini wisatawan lebih banyak ke Belitung atau ke Bangka?

Semenjak terbitnya film ‘Laskar Pelangi’, wisatawan memang cenderung 50 sampai 60 persen ke Belitung. Sementara ke Bangka itu dia lebih banyak berurusan dengan pemerintahan karena memang pusat ibukotanya di Pulau Bangka.

Strategi promosinya seperti apa yang perlu dibuat agar Pulau Bangka dan Pulau Belitung menjadi lebih dikenal wisatawan?

Strategi kami memang mengutamakan kesamarataan. Biar nggak ada kecemburuan masyarakat.

Jadi nanti Pulau Belitung yang menjadi destinasi andalannya khan laut. Sedangkann  di Bangka mungkin ke arah daratanya. Kalau memang penambangan sudah selesai di laut,  maka baru kita fokus ke arah laut. 

Tambang itu tidak bisa diperbaharui.  Mau tidak mau kita harus siap, jangan seperti Dabok Singkep begitu di tinggal PT. Timah, malah jadi kota hantu.  Bertahun-tahun mungkin lebih 20 tahun, mereka tidak bisa dipakai lagi. Karena ketidaksiapkan pemerintah daerah pasca tambangnya. 

Jadi kami tidak mau seperti itu, makanya perlu pemahaman dari seluruh sektor oleh instansi terkait untuk memahami hal ini, jadi kita jangan terlena dengan hasil tambangnya. Karena walaupun Belitung ini tidak di explore lagi tambangnya,  pembagian bagi hasilnya itu tetap dapat mereka. 

Jadi bagaimana kita memberi pengertian. Karena  mereka  itu (memiliki)  4000 pegawai. Itu yang menjadi pemikiran kita juga. Apabila tambang ditutup maka jumlah 4000 pegawai, harus dikali 2 anak,  dikali satu istri, berarti  ada sekitar 16.000 manusia yang perlu kita pikirkan.  Itu jangka panjangnya.

Bagaimana dari sisi SDM? Awalnya tambang kemudian pariwisata, bukankan dibutuhkan  yang berbeda. Bagaimana  Pemrov mengatasi permasalahan ini?

Kita sudah mempersiapkan SDM di bidang pariwisata terutama yang bergerak di sektor perhotelan, jadi dari mulai pegawai yang paling kecil office boy sampai juga setingkat manager. Kita mulai mendidik mereka dengan diklat-diklat khusus pariwisata.

Jadi dengan orang yang berkunjung ke sini, pulangnya mereka membawa kenangan bahwa masyarakatnya oke, daerah pariwisatanya menarik, dan pemerintah daerah mengayomi.

Selama  ini dengan banyak strategi yang sudah di jalankan,  terutama sosialisasi perubahan itu, adakah kendala yang dihadapi? 

Kendala utamanya memang klasik ya di anggaran. Kami  memang ada  bantuan dari pusat, yang tadinya pelatihan-pelatihan semacam tingkat untuk pelaku wisata hotel. Kami juga mencoba mendidik atau mendiklatkan teman-teman yang berhubungan langsung dengan wisatawan misalnya para supir ojek, para pedagang yang berjualan di pinggir pantai dan guidenya, jadi jangan sampai tamu-tamu yang datang menerima informasi yang berbeda.

Seperti kita lihat kemarin pulau-pulau cantik belum terekspose oleh teman-teman pelaku wisata, jadi mungkin rekan-rekan media juga begitu melihat ini kenapa nggak digali lagi, nah itulah yang program salah satu program nanti ke depan.

Akan kami tampilkan kami duduk dulu SDMnya baru mereka bisa menjual, mereka tidak bisa menjual kalo mereka tidak punya ilmu.

Setelah ditetapkan menjadi destinasi pariwisata 10 Bali baru, merasa terbebanikah dengan status itu?

Terbebani pasti iya, karena itu menyangkut dukungan dana yang besar, makanya kita ada rencana induk peraturan daerah, rencana induk pengembangan pariwisata itu ada beberapa dinas seperti PUPR, DKP Kelautan dan Perikanan, Bapeda Perencanaannya jadi dengan permasalahan yang komplek jadi bisa memberikan masukan contoh misalnya salah satu tempat wisata apabila jalannya jelek itu akan mengurangi kunjungan untuk ke daerah tersebut. Jadi seperti harapan Pak Gubernur bahwa seluruh tempat wisata harus ada mushola, wc, tempat parkir yang permanen, marka-marka jalan menuju daerah wisata harus dibuat, sehingga nanti wisatawan yang berkunjung, bisa membawa sendiri mobil menuju tempat wisata dengan membuka google map. XPOSEINDONESIA – Foto Dudut Suhendra Putra

Must Read

Related Articles