Ato yang terkenal dengan lagu “Jangan Selingkuh” menyarankan, seniman dari genre musik apapun mau memanfaatkan social media. Ini dilihatnya juga dilakukan oleh band seangkatannnya, seperti Kangen Band.
”Cara ini juga bisa dijalankan seniman musik Melayu, memanfaatkan semua sarana social media dan menjadii salah satu cara agar musik itu tetap ada. Asal kita kreatif, pasti bisa!” ungkapnya.
Musik Melayu Dilihat Sebelas Mata
Sementara itu Andre dari Nagaswara Record yang mewakii Rahayu Kertawiguna, menyebut bahwa social media juga bisa menghasilkan. “Dan Nagaswara sudah biasa menggunakannya dan bisa menghasilkan dari situ.”
Andre mengakui, dalam perekrutan nama baru yang akan diproduksi, sekarang ini Nagaswara bukan hanya melihat kualitas vocal dan musik, tapi juga dilihat, “seberapa besar followers-nya dan seberapa aktif dia ada di social media,” kata Andre.
Andre melihat industri musik melayu memang mengalami perubahan. Sebelumnya, pada tahun 2000, musik Melayu pernah berjaya dengan munculnya nama-nama Melayu seperti Wali Band, ST 12, Kangen Band dan lain-lain.
Menurut pendapat Andre, musik Melayu masih dipandang sebelah mata oleh media radio maupun televisi.
“Sulit untuk membuat lagu Melayu diputar di radio. Karena itu pada tahun 2010, Nagaswara mendirikan radio sendiri,” ungkapnya.
Usai acara Diskusi musik, suasana kemeriahan makin terasa. Sejumlah tamu undangan dari kalangan penyanyi turun menghibur.
Tamu undangan sendiri datang dan berbagai kalangan, di antaranya pengacara Farhat Abbas, Barbie Kumalasari, Seis Band, Novi KDI, Icha Christy, Liliek Jasqee, Iswati Fersida, DJ Cheche, Alf Tatale dan Vivian Voo dan lain-lain.
“Meski waktu terbatas, acara bisa berlangsung meriah. Terima kasih untuk para narasumber, kawan-kawan wartawan dan tamu undangan yang hadir,” tutur Ketua Panitia Pelaksana Acara Fauzi Zuhri, akrab disapa Didi
AJV divisi hiburan, kata Didi, menaruh perhatian besar terhadap industri hiburan termasuk dunia musik Indonesia.