Danny mengatakan, pentas Java Jive di kafe milik mereka, masih bisa mengundang ratusan penonton.
“Kafe ini tidak terlalu besar, kapasitas bangku menampung 50-70 orang. Tapi kalau kami manggung, penonton datang melimpah. Sampai ke halaman dan berdiri,” ungkap Danny yang menjadi ‘nyawa’ grup band ini dan telah merilis single terbaru Java Jive berjudul “Benci & Rindu, pada 10 November 2019.
Lebih jauh, menurut Danny, kafe yang menyediakan beragam minuman Kopi, juga menu Rawon, Sop Buntut, Nasi Jando dan lain-lain ini, tiap Java Jive manggung tidak bisa melayani order makanan dan minuman dari penonton.
“Karena karyawan kami hanya 3 orang. Banyak penonton tidak bisa dilayani. Mereka jadi kelaparan, tapi tetap ingin stay. Dari situ, banyak yang minta ijin untuk memesan meals di luar, via go food!” ujar Danny dengan terbahak.
Sebagai penyanyi yang sangat terkenal pada jamannya, Danny mengakui biasa menerima honor manggung dalam jumlah besar.
Ketika membuka bisnis, dan harus melayani publik sekaligus wajib menempatkan client sebagai raja, Danny menemukan perbedaaan besar dengan profesi yang dijalaninya sebagai penyanyi.
“Kalau manggung, dapat honor sudah pasti sekian. Tapi di bisnis ini, omzet tidak menentu. Sehari bisa dapat Rp 4 juta, tapi besok bisa jadi tidak ada pemasukan sama sekali. Tapi itupun harus disyukuri,” ujar Danny.
Menurut Danny, ada peran Tuhan yang sangat kuat, dalam perjalanan UgoIgo. Ketika baru buka mereka disambut Covid. Disusul datang bulan Puasa yang harus memotong jam buka kafe dari pukul 11.00 menjadi pukul 17.00 WIB.
“Kalau dalam hitungan manusia, kita sudah membuang waktu banyak. Tapi Allah SWT berkehendak lain, pemasukan di bulan puasa malah lebih besar dari bulan sebelumnya!”
Danny mengakui dengan jujur, pembangunan UgoIgo yang diambil dari kas Java Jive, baru bisa terpusat untuk keperluan pengadaan peralatan utama kafe.