
Karena kecintaannnya pada musik sejak kecil, musikus dan komponis Ir. Purwatjaraka mendirikan sekolah musik, bernama Purwa Caraka Music Studio (PCMS) di Jalan Mangga No 12, Bandung pada 1 Oktober 1988.
Setelah berjalan hampir 35 tahun, PCMS berkembang menjadi 90 cabang yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Mereka mengumpulkan 20.000 murid dan menyerap 1.600 tenaga Pengajar Bersertifikat.
“Namun datangnya Pandemi Covid 19, membuat 6 cabang PCMS terpaksa kami tutup, dan lebih dari 50 persen siswa mengundurkan diri, dengan berbagai alasan,” kata Purwa dalam acara Cakap Cakap Intagram Live @bensleo52 yang didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Banyak alasan para murid mengundurkan diri. Ada yang tidak bisa belajar online karena terhalang jaringan, atau tidak punya handphone, karena handphone dipakai bareng adik-adiknya!” tutur Purwa yang dianugerahi sertifikat Bhakti Musik PAPPRI 2011 dan Anugerah Kebudayaan Kemendikbud 2018.
Ujian Online
Purwa menyebut, sehari setelah Pemerintah mengumumkan pembatasan sosial bersyarat yang melarang berkumpulnya banyak orang pada 16 Maret 2020, “Saya menandatangani surat, untuk meliburkan kegiatan mengajar untuk anak anak. Surat itu berlaku dua minggu, yang kemudian diperpanjang lagi di setiap dua minggu. Hingga sekarang tidak terasa anak anak learn from home atau online class sudah 14 bulan!” ungkap Purwa.
Andrea Miranda Dwisanti Putri, Kepala Divisi Kurikulum PCMS, sekaligus anak kedua Purwa menyebut, perubahan pola belajar dan mengajar dari tatap muka menjadi online, membuat mereka harus bisa menghadapi tantangan baru.
“Guru dan murid sama sama terdampak. Guru juga menghadapi kendala untuk mengubah sistem pengajaran yang tiba tiba menjadi online. Di mana cara berkomunikasi dan memberi tugas pun berbeda. Misalnya, untuk kelas vocal yang tadinya harus mengiringi murid berlatih, sekarang tidak bisa Ini memerlukan adaptasi dan kami harus cepat bisa mengatasinya!” kata penyanyi yang terkenal bersuara sopran ini.
Menurut Andrea, learning from home ini awalnya menjadi tantangan bagi murid maupun guru, “Tetapi dengan berjalannya waktu, banyak murid yang malah semakin nyaman belajar secara online,” ungkap Perempuan 35 tahun yang menjadi Dosen Mayor Vokal Kontemporer di Universitas Pelita Harapan ini.
Purwa melihat datangnya Pandemic COVID 19 ini bukan hanya sekadar sebuah tantangan, tetapi juga menjadi blessing. “Saya syukur, di tengah kondisi itu muncul komunikasi dengan teknologi baru bernama Zoom,” tutur Kakak Kandung Trie Utami itu lagi
Sebelum Covid datang, Purwa mengaku kesulitan mengumpulkan para branch manager untuk menghadiri rapat. Untuk meeting setahun dua kali saja, susah setengah mati. Selalu ada alasan sehingga meeting tidak pernah lengkap. Ditambah lagu peserta rapat ada yang datang telat.
“Tapi sejak Covid 19 merebak, dan pertemuan tatap muka dibatasi Pemerintah, kami justru malah bisa rutin menyelenggarakan rapat setiap hari Senin. Hingga hari ini kami sudah melakukan pertemuan online ke 62 kali,” ujar Purwa kelahiran Beograd, Yugoslavia pada 31 Maret 1960 ini. “Dan rapat kami berjalan tanpa harus melalui kemacetan, tanpa keluhan terlambat, juga tanpa keluar dana untuk biaya penerbangan!” lanjut Purwa.
Hikmah lain dari belajar secara online di PCMS, menurut Purwa adalah, membuat ia dan para guru melakukan perbaikan dan penyempurnaan, “juga menciptakan ujian secara online. Ada sekitar 2000 siswa yang sudah ikut ujian secara online.”
Andrea menyetujui bahwa pengajaran tatap muka tetap unggul dibanding online. “Apalagi secara berkala di PCMS kami punya dua event rutin, satu home concert yang sifatnya internal, dan kedua adalah annual concert yang sifatnya lebih besar. Concert itu memang bisa diselenggarakan secara online, tapi pertunjukan live yang ditonton banyak orang, rasanya memang tetap jauh lebih hidup!” XPOSEINDONESIA/Nini Sunny Foto : Muhamad Ihsan & Dudut Suhendra Putra