“Saya rasa banyak cara bagi kepolisian untuk mengatasi permasalahan tanpa kekerasan. Contoh, sengketa tanah yang terjadi di Sumatera Barat dapat diselesaikan dengan pendekatan kultur dan religi yang berlaku disana,” terang Gus Jabo.
Sementara itu, Sunanto, akrab disapa dengan Can Nanto, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menilai, buku “Berjuang Disudut-Sudut Tak Terliput” memiliki nilai positif selama didukung dengan sistem dari lembaganya itu sendiri.
“Kelemahan dari buku ini, sangat memungkinkan tidak ada kontinuitas agar ada regenerasi yang mengingatnya. Dan bahwa, kebaikan polisi ini dapat dikenang sepanjang masa. Hanya sebatas referensi untuk melakukan penggantian yang lebih baik,’ ungkapnya.
Masalah terbesar dalam buku ini, tambah Cak Nanto, belum ada penulisan tentang langkah-langkah untuk institusi menjadi lebih baik. Harus disertai dengan solusi. Misalnya, sebagai konstitusi, harus mampu membuat kebijakan-kebijakan di lembaganya sebagai pendorong bagi kepolisian untuk berlaku baik.
Dirasa benar adanya, jika didukung dengan sistem dan kebijakan yang baik dan tepat, beberapa divisi ‘horor’ seperti reskrim dan lantas Polri tidak seseram seperti yang ada dalam lagu-lagu OM PMR yaitu Malam Jum’at kliwon, yang mampu mencairkan suasana baik dari lirik maupun iramanya yang tak lekang oleh waktu. Setuju? XPOSEINDONESIA Foto Dokumentasi