Senin, Maret 24, 2025

Art of Tree :...

Selain terkenal sebagai  penanggungjawab pelaksanaan Java Jazz Festival, Eki Puradireja dikenal pula sebagai  produser yang berambisi...

PFG, Waktunya untuk Groovin’….

Tanpa disadari di tahun 2025, usia Java Jazz Festival, akan memasuki usia 20 tahun. Perjalanan yang lumayan panjang, kan?! Terlebih untuk kegiatan sebuah festival musik yang rutin  digerakan setiap tahun?

Dan bagi sang founder, Peter Frans  Gontha (PFG), saatnya sekarang untuk menonton dan menyaksikan festivalnya, tanpa perlu turun tangan lagi? Bukan begitu?

PFG tersenyum mendengar pertanyaan itu. Kemudian ia mengatakan, “Rasanya saya sudah sepenuhnya mempercayai, Dewi Gontha, untuk memimpin penyelenggaraan festival tersebut,” kata PFG  dalam  sebuah obrolan ringan dengan Dion Momongan di Jakarta.

Kepercayaan kepada Dewi sudah diberikannya  dengan sadar, sejak beberapa tahun lalu. Teristimewa kala ia memperoleh tugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Polandia, dari 2014 hingga 2019.

Lantas, apa yang kini akan dilakukan seorang pebisnis, yang memasuki usia 77 tahun ini? Terutama terhadap festival yang dibangunnya, dan mulai diselenggarakan, sejak tahun 2005 tersebut?

Dua puluh tahun buka waktu yang sebentar, terlebih bisa menjadikan festival tersebut, sebagai salah satu festival jazz yang terpanjang usianya di Indonesia.

Dan beginilah ceritanya. Jadi berlanjut ke satu hari, PFG menelepon Dion Momongan. Dan kemudian mengirim pesan via whats-app. Ia mengundang datang ke kediamannya.

Zonder banyak tanya lagi dong, untuk keperluan apa? Ada acara khusus apakah, Meneer Peter? Masak sih seorang Peter Gontha, secara khusus menghubungi dan mengundang, untuk hal sepele en remeh-temeh?

Tentu tidak dong. Pasti ada hal penting yang ingin dia sampaikan secara “khusus”. Dan, tentu saja adalah menjadi hal yang “baik dan bagus untuk kehidupan”, bagi orang yang diundang beliau. Setuju dong?

Dan akhirnya diketahui. Ketika memenuhi undangan, mendatangi kediaman, dan memasuki studio pribadinya. Eh, PFG ternyata sedang bermusik!  Ia ditemani para musisi, gabungan senior dan yang relatif “junior”. Bermusik lagi? Mengisi waktu santai, seperti yang sebelum ini, ya?

Catatan Karier Musik PFG

Perlu diketahui, karir musik seorang PFG memang memiliki catatan tersendiri. Musik pada akhirnya, tak lagi terlihat, hanya sebagai “hobby” semata. Beliau serius. Gimana ga serius, ia bahkan sempat menghasilkan album rekaman.

Salah satunya, album kolaborasi, dimana Peter Gontha (PFG), bernyanyi duet dengan beberapa penyanyi. Produsernya adalah alm. Dodo Zakaria.

Selain itu ada juga album dari Iga Mawarni, yang dirilis tahun 1998, dua tahun sebelum album Kolaborasi dirilis. PFG tampil membawakan 1 lagu, berduet dengan Iga Mawarni, “Jangan di Bibir Saja”.

Jadi di antara kesibukannya berbisnis, ataupun menjadi salah satu petinggi di berbagai Perusahaan. Sebut misalnya, Bimantara dan Chandra Asri. Belum lagi di jaringan televisi swasta, seperti RCTI misalnya, PFG toh masih memiliki waktu untuk bermusik.

Dan jangan dilupakan juga, PFG menjadi pernah mendirikan klab jazz bernama Jamz di kawasan Melawai, Blok M Jakarta Selatan pada dekade 90-an. Di klab kecil ini, bukan hanya musisi jazz lokal yang tampil, tapi musisi jazz berkelas internasional seperti Ramsey Lewis, Phil Perry, atau Lee Ritenour pernah naik manggung Jamz.

Dalam perkembangannnya  lokasi Jamz kemudian dipindahan ke kawasan Karet, Jakarta Pusat. Memasuki pertengahan tahun 2000-an, popularitas Jamz perlahan mulai pudar dan akhirnya harus tutup di sekitar tahun 2010. 

Waktu itu, seringkali PFG sendiri mengatakan ia senang banget bermusik. Menyanyi sambil main piano misalnya. Itu untuk refreshing, di antara kepenatan dalam mengurus berbagai Perusahaan.

PFG, memulai karir “non musik” sebagai banker di Citibank, berlanjut ke American Express Bank for Asia. Yang lantas menghantarnya masuk di Bimantara Group, dan kemudian duduk sebagai vice president.

Ia memang berasal dari keluarga pemusik. Ayahnya Victor Willem Gontha, dulunya juga aktif bermusik. Bermain bersama pemusik kenamaan seperti Bubi Chen, Jack Lesmana dan Maryono. Demikian pula dengan ibunya, Alice Sinsoe-Deij. Sehingga tak heranlah PFG, kelahiran Semarang, 4 Mei 1948 ini, akhirnya juga berkecimpung di musik.

Sampai pada tahun 2005, ia pun menggelar Java Jazz Festival. Jazz festival internasional berskala besar, bertempat di Balai Sidang Senayan (Jakarta Convention Centre).

Menurut PFG, ia kemudian memutuskan mencoba membuat konsep jazz festival. Ia berjalan sendiri, setelah sebelumnya sempat ikut mendukung JakJazz, Jakarta International Jazz Festival (sebelum tahun 2000-an, bersama mendiang Ireng Maulana).

Peter mengenang, saat itu ia serius mengadakan festival tersebut. “Tapi saya pikir, ya mungkin hanya akan berjalan 3 atau 4 tahun saja!”.

Ia melanjutkan, “atau paling lama mungkin 5 tahun deh. Eh,  ternyata bisa jalan terus. Tentu saja, ada banyak pihak yang mendukung. Yang memungkinkan Java Jazz Festival bisa terus berjalan. Rutin terselenggara sebagai agenda tahunan, hingga saat ini.”ungkap PFG.

“Ya saya bisa menjalankannya dengan terutama didukung putri saya, Dewi Gontha. Dan kini Dewi sudah bisa menjalankannya sendiri, ia dibantu tim yang solid dan sangat memadai dalam menyelenggarakan festival jazz sebesar Java Jazz, ”kata PFG.

Lalu, PFG tetap mendukung Java Jazz Festival, juga, kan? Tentu saja. “Saya tetap memonitor dari kejauhan. Kalau diminta saran, baru saya bantulah. Tapi saat ini adalah waktu saya untuk menikmati Java Jazz Festival, menontonnya selama 3 hari penyelenggaraannya. Bertemu banyak orang. Dan, bermusik lagi”, terang PFG sambil senyum lebar.

Tahun Lebih Serius Bermusik

Sejatinya, sebelum ini, PFG acapkali tampil bernyanyi dan bermusik pada beberapa edisi Java Jazz Festival. Tapi tahun ini, PFG nampak “lebih serius”.

Ia menyiapkan sebuah grup band “baru” dengan nama PFG & The Groove Syndicate. Ia  memimpin bandnya tersebut, dengan sebelumnya memilih para musisinya. Selain mengatur song-list yang akan dimainkan bandnya itu.

Dalam grub baru itu, PFG mengajak para musisi muda seperti Tiyo Alibasyah (gitaris, ikut mengkoordinir band ini), Dave Rimba (drums), Rio Fritz Torang (keyboard). Selain itu ada Damez Nababan, saksofonis, yang sekaligus menjadi guru saxophone dari PFG.

Ada juga musisi senior, Teffy Mayne (keyboard). Serta bassis kawakan, Jeffrey Tahalele. Kali ini PFG memang menjadi lead-vocalist.

Ada pula Pinky Safira dan Judy Kartadikaria. Pinky adalah vokalis jazz wanita yang telah malang melintang di panggung jazz, terutama di clubs atau café sejak 1990-an. Ia pernah dikenal sebagai vokalis yang selamat dari serangan bom teroris di kota Amman, Jordania.

Ledakan bom bunuh diri itu terjadi pada 9 Oktober 2005, menewaskan bassis jazz, Perry Pattiselanno. Beruntunglah Pinky, juga pianis Sukat Puspaningrat, yang ikut bermain saat itu, selamat. Hanya mengalami luka-luka.

Sementara itu vokalis cowok, Judy Kartadikaria, sebenarnya lebih dikenal sebagai penyanyi pop-rock. Ia kini bergabung dengan kelompok rock, Cockpit. Selain juga kerapkali menjadi vokalis kelompok pop rock, Colors Band.

“PFG & The Groove Syndicate adalah kelompok musik yang tujuannya menghibur banyak orang.” Begitu PFG menerangkan.

Pilihan musiknya, lebih banyak yang medium beat, ada juga yang terasa danceable. “Kami memainkan lagu-lagu dari Incognito, Shakatak misalnya. Pokoknya lagu-lagu yang lebih kental suasana groove nya. Memang grup yang pengennya mengajak orang goyang, bersenang-senang, setiap tampil,”ucap PFG lagi.

Well, memang menarik bahwa PFG kemudian lebih memilih “back to the stage, for sure”. Dan dalam penampilan “try out” grupnya, di acara Press-Conference Java Jazz Festival. Selain penampilan di salah satu lounge di sebuah hotel di Selatan Jakarta, PFG memang terlihat bersukacita. Ia terasa betul, menjadi lebih sehat dan segar.

So, good luck, meneer PFG. This is the time for you to listening, sitting, enjoying and…groovin’, isn’t this? Sukses selalu. Dan salam sehat, chief…. XPOSEINDONESIA/ dM – Foto : Dion

More Pictures

  • pfg & the groove syndicate
  • pfg di tengah personil the groove syndicate
  • peter f. gontha
  • peter f gontha pebisnis dan penggagas java jazz festival
  • pfg bbakal lebih serius ngeband

Must Read

Related Articles