Sabtu, Februari 22, 2025

Indonesia Maharddhika : Sebuah Gairah Menghidupkan Prog Rock

Kecil Besar

Pada akhirnya  hasilnya jadi  terdengar jauh lebih sarat pengaruh jazz.  “Ada bagian string quartet yang dominan di tengah lagu. Aransemen dan scoring string quartet  saya buat dan dimainkan Gee Strings,” kata Iwan. “Tapi saya tetap menghormati aransemen asli dan mempertahankan benang merah tema-tema  musik versi asli terutama di awal dan akhir lagu!” lanjut Iwan

Diluncurkan di Bulan Merdeka

Dan pada akhirnya, album ini diluncurkan di bulan Agustus, hari lahirnya Republik Indonesia. “Ini jadi semacam momentum untuk menunjukkan bahwa musik pun bisa memberi inspirasi  bagi kebangsaan.  Musik tidak semata soal bunyi,” ujar Ninot  di atas panggung saat  peluncuran  album ini di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia Mall, 21 Agustus 2014. 

Sejumlah nama tenar  terlihat duduk di barisan penonton, mulai dari Erros Djarot hingga Fahmi Idris.  Mereka dengan serius ikut menyimak showcase dari empat band yang mengisi album ini. Yakni penampilan The Miracle dengan ‘Free Your Mind’, The Kadri Jimmo  melantunkan, ‘Srikandi’. Van Java  menyuarakan ‘Prophecy of Jayabaya’. Ditutup Imanissimo yang didukung vokalis Andy /rif dan Kadri Mohamad  menyanyikan lagu, ‘Simponi Indonesia-Rock Opera Adegan I (Krisis Budaya)’.

Ada hal yang  menarik dari persiapan hingga peluncuran  album dan press conference album ini. Panitia menyebar informasi acara melalui  sosial media, antara lain Path, facebook dan twitter. Karena keterbatasan tempat  duduk di Galeri Indonesia Kaya, tamu yang datang wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu.  

Lebih dari 200 nama mendaftarkan via sms maupun e-mail. Padahal kapasitas tempat duduk hanya 150 orang. Jumlah ini tidak termasuk sekitar 50 media cetak, online dan televisi yang diundang  khusus untuk meliput.

Dari jumlah penonton yang mendaftar itu sekaligus jadi bukti,  musik prog rock memiliki penggemar sangat fanatik. “Mereka bukan hanya datang untuk menonton, tapi  juga mau membeli CD dan T-shirt yang kami jual,” ujar Kadri.  

Sekedar catatatan, meski hari itu suasana Jakarta tidak bersahabat, karena pendukung calon presiden Prabowo Hatta tersiar bentrok dengan pihak keamanan selama menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi,  namun  penonton yang hadir dalam gedung Galeri Indonesia, agak melebihi kuota. Sejumlah jurnalis foto malah  terpaksa duduk di lantai.

Dan, yang lebih menggembirakan adalah panitia berhasil menjual 73 keping CD  “Indonesia Maharddhika” seharga Rp 50.000 dan 23 buah T-shrit seharga Rp 100.000. “Sebuah permulaan yang luar biasa dan mengaggumkan,” kata Bens Leo, Project Director album ini. “Musik ini tetap laku dijual asal bisa mengemasnya dengan baik!” 

Komunitas prog rog memang memerlukan orang-orang kreatif  sekaligus nekat  seperti  Kadri, Yeni, dan Ninot. Karena itulah YenNinotz semakin tertantang untuk menyebarkan aura kebaikan yang tersimpan dalam album ini. 

“Selain mengadakan hearing dengan teman-teman dari radio  se-Jakarta dan Bogor, kami berencana membuat showcase  di sejumlah tempat.  Di samping ini,  tetap terpikir menggelar launching, dengan seluruh band pengisi album muncul  live di panggung dan kalau mungkin disiarkan televisi,” ujar Kadri menguci percakapan. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Dudut Suhendra Putra & IAM

More Pictures

Must Read

Related Articles