Para musisi yang terlibat menyetor lagu antara lain : Cockpit (“Haruskah Aku Berlari”), The Miracle (“Free Your Mind), The KadriJimmo feat. Once, Addie MS City of Prague Philharmonic Orchestra (“Srikandi”), Discus (“The Machine”), Van Java (“Prophecy of Jayabaya”), Imanissimo feat. Andy /rif & Kadri “Simponi Indonesia – Rock Opera Adegan I (Krisis Budaya), Vantasma (Jakarta (Jet Black City), Atmosfera (“Ragu/Sibincar Layo”), In Memoriam (”The Ghosts of Ancient Patriots), Iwan Hasan feat. Rick Wakeman, Keenan Nasution, Marcell & Indra Lesmana, I Guti Kompiang Raka “Indonesia Maharddhika” .
Deretan lagu yang terpilih di album itu memperlihatkan beragam warna musik dari rock, jazz, symphonic prog, hingga prog metal, yang diramu dari bunyi beragam instrument musik— mulai alat musik tradisional Indonesia sampai mutakhir.
Album ini kemudian diberi judul “Indonesia Maharddhika”. Terdengar gagah dan istimewa. Judul ini sesungguhnya merupakan judul lagu karya Roni Harahap dan Guruh Sukarnoputra yang termuat dalam album monumental Guruh Gipsy (1976) yang dipinjam dan diaransemen ulang untuk album ini. Iwan Hasan berperan sebagai musisi, arranger dan music director untuk penggarapan lagu tersebut.
“Indonesia Maharddhika” versi Guruh dan Roni ini tercatat pula dalam sejarah musik Indonesia sebagai komposisi rock progresif pertama di Indonesia, dan menjadi perintis dimulainya perpaduan musik diatonis-pentatonis, menggabungkan musik Barat dengan Timur, mempertemukan unsur rock dan gamelan Bali yang tetap terdengar harmonis.
Ada perbedaan cukup signifikan dari “Indonesia Maharddhika” versi asli yang berdurasi 14 menit 30 detik dengan versi baru garapan Iwan Hasan. Pada versi baru, menurut Iwan Hasan, “lebih panjang sekitar 1 menit, dan komposisinya menjadi lebih banyak atau lebih padat, dengan adanya segmen string quartet, segmen jazz fusion, improv vokal etnik Ubiet, vokal scat jazz Fitra Atmosfera.”