
Pada akhirnya hasilnya jadi terdengar jauh lebih sarat pengaruh jazz. “Ada bagian string quartet yang dominan di tengah lagu. Aransemen dan scoring string quartet saya buat dan dimainkan Gee Strings,” kata Iwan. “Tapi saya tetap menghormati aransemen asli dan mempertahankan benang merah tema-tema musik versi asli terutama di awal dan akhir lagu!” lanjut Iwan
Diluncurkan di Bulan Merdeka
Dan pada akhirnya, album ini diluncurkan di bulan Agustus, hari lahirnya Republik Indonesia. “Ini jadi semacam momentum untuk menunjukkan bahwa musik pun bisa memberi inspirasi bagi kebangsaan. Musik tidak semata soal bunyi,” ujar Ninot di atas panggung saat peluncuran album ini di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia Mall, 21 Agustus 2014.
Sejumlah nama tenar terlihat duduk di barisan penonton, mulai dari Erros Djarot hingga Fahmi Idris. Mereka dengan serius ikut menyimak showcase dari empat band yang mengisi album ini. Yakni penampilan The Miracle dengan ‘Free Your Mind’, The Kadri Jimmo melantunkan, ‘Srikandi’. Van Java menyuarakan ‘Prophecy of Jayabaya’. Ditutup Imanissimo yang didukung vokalis Andy /rif dan Kadri Mohamad menyanyikan lagu, ‘Simponi Indonesia-Rock Opera Adegan I (Krisis Budaya)’.
Ada hal yang menarik dari persiapan hingga peluncuran album dan press conference album ini. Panitia menyebar informasi acara melalui sosial media, antara lain Path, facebook dan twitter. Karena keterbatasan tempat duduk di Galeri Indonesia Kaya, tamu yang datang wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu.
Lebih dari 200 nama mendaftarkan via sms maupun e-mail. Padahal kapasitas tempat duduk hanya 150 orang. Jumlah ini tidak termasuk sekitar 50 media cetak, online dan televisi yang diundang khusus untuk meliput.
Dari jumlah penonton yang mendaftar itu sekaligus jadi bukti, musik prog rock memiliki penggemar sangat fanatik. “Mereka bukan hanya datang untuk menonton, tapi juga mau membeli CD dan T-shirt yang kami jual,” ujar Kadri.
Sekedar catatatan, meski hari itu suasana Jakarta tidak bersahabat, karena pendukung calon presiden Prabowo Hatta tersiar bentrok dengan pihak keamanan selama menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi, namun penonton yang hadir dalam gedung Galeri Indonesia, agak melebihi kuota. Sejumlah jurnalis foto malah terpaksa duduk di lantai.
Dan, yang lebih menggembirakan adalah panitia berhasil menjual 73 keping CD “Indonesia Maharddhika” seharga Rp 50.000 dan 23 buah T-shrit seharga Rp 100.000. “Sebuah permulaan yang luar biasa dan mengaggumkan,” kata Bens Leo, Project Director album ini. “Musik ini tetap laku dijual asal bisa mengemasnya dengan baik!”
Komunitas prog rog memang memerlukan orang-orang kreatif sekaligus nekat seperti Kadri, Yeni, dan Ninot. Karena itulah YenNinotz semakin tertantang untuk menyebarkan aura kebaikan yang tersimpan dalam album ini.
“Selain mengadakan hearing dengan teman-teman dari radio se-Jakarta dan Bogor, kami berencana membuat showcase di sejumlah tempat. Di samping ini, tetap terpikir menggelar launching, dengan seluruh band pengisi album muncul live di panggung dan kalau mungkin disiarkan televisi,” ujar Kadri menguci percakapan. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Dudut Suhendra Putra & IAM