
Andmesh Kamaleng adalah penyanyi muda dari Pulau Alor, NTT yang terkesan sangat cepat meraih sukses di Jakarta. Seusai mengikuti ajang Rising Star pada tahun 2017, popularitas pria kelahiran 15 April 1997 ini seperti melesat tak tertahankan di panggung dan musik rekaman Indonesia.
Lihat buktinya, seusai dapat kesempatan rekaman album “Cinta Luar Biasa” (2019) tayangan video musiknya di Yotube rata-rata meraih angka view puluhan bahkan ratusan juta. Lagu “Cinta Luar Biasa” (216 juta view) , “Hanya Rindu” (120 juta view), “Nyaman (41 juta view) dan lain-lain.
Kini, Andmesh Kamaleng bukan hanya dikenal sebagai penyanyi, ia juga popular sebagai song writer. Ia pun memperoleh penghargaan sebagai Artis Solo Pria Pop Terbaik pada Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2019 sekaligus memperoleh penghargaan dari Mnet Asian Music Awards (Korea Selatan) sebagai Best Asian Artist Indonesia (2019).
Keberhasilan datang lagi, tatkala pada tahun 2020, ajang Billboard Indonesia Music Award menganugerahi tiga penghargaan sekaligus yakni “Top 100 Song Of The Year”, “Top Streaming Song Of The Year (Audio)” dan “Top Streaming Song Of The Year (Video)”
Jalan Berliku Penuh Ujian.
Perjalanan karier Andmesh hingga menempati posisi saat ini, sesungguhnya tidak mudah. Namun perlu disebut, keterkenalannya secara nasional memang berawal dari mengikuti ajang kompetisi Rising Star Indonesia session 2 pada tahun 2017. Dalam ajang ini Andmesh Kamaleng berhasil meraih juara pertama.
Dalam perbincangan live melalui Instagram via akun Bens Leo, Andmesh mengaku dari TK sesungguhnya ia sudah terjun jadi penyanyi.
“Hidup Andmesh dari musik, karena papa pemain musik juga. Jadi dari kecil satu keluarga sudah diajarin musik,” ungkap Andmesh tentang papanya Yes Kamaleng.
“Suatu ketika, pada tahun 2002, Papa sempat main di suatu acara, Andmesh diajak nyanyi di hadapan banyak orang. Usia Andmesh masih 5 tahun. Pas turun panggung, orang-orang pada tepuk tangan. Kemudian ada yang kasih Andmesh uang Rp 50 ribu. Uang itu langsung Andmesh kasih ke orang tua,” cerita Andmesh.
Setelah acara itu, Papa mulai memperkenalkan Andmesh pada keyboard sambil nyanyi satu lagu daerah.
Menginjak remaja, Andmesh makin sering ikut menemani sang ayah. Mereka manggung di berbagai kafe yang ada di Kupang, NTT.
Namun pada tahun 2014, sang ayah meninggal dunia. Hal ini membuat Andmesh harus menggantikan posisi sang ayah sebagai tulang punggung keluarga.
Ketika papa Andmesh meninggal, kegiatan bermusik sempat mengganggu pelajaran sekolah. Waktu itu Andmesh duduk di bangku kelas 3 SMA. Kepala sekolah menanyakan, kenapa Andmesh selalu telat ke sekolah barang malah sering tidak masuk.
Andmesh menceritakan pada kepala sekolah, “Saya harus bekerja sebagai pemusik, dan bertanggung jawab untuk keluarga. Karena posisi Andmesh adalah anak laki-laki satu-satunya,” ungkap Andmesh.
Ujian hidup tidak berhenti sampai di situ. Setelah mengikuti kompetisi Rising Star tahun 2017, Andmesh kembali diuji. “Tahun 2018 menjadi tahun terberat Andmesh, karena saat itu ia di Jakarta, sementara kakak pertama wafat di NTT. Andmesh tidak punya uang, terpaksa pinjam karena untuk bisa pulang ke Kupang, agar bisa ikut memakamkan kakak,”
Musibah datang lagi pada pada akhir tahun 2018, dimana Mamanya, yakni Erna Laure meninggal dunia.
Meski musibah datang bertubi-tubi, Andmesh mengatakan dirinya beruntung. “karena Andmesh masih bisa membanggakan kakak dan Mama, sebelum mereka meninggal dunia,” ujar alumnus SMA 3 Kupang ini.
Meskipun berbagai rintangan datang menghadang, Andmesh mengaku tidak patah semangat. Ia terus semangat dan berjuang.
Termasuk, berjuang menjadi song writer, Andmesh mengatakan bahwa dirinya juga tidak menyangka bisa menciptakan sebuah lagu.