Akhlis Suryapati menambahkan, terlalu banyak persesengkongkolan dalam sistem perfilman Indonesia. Karenanya, dia meminta semua persesengkongkolan dibatalkan, termasuk dalam pengajuan nama tertentu oleh BPI demi mendudukkan nama tersebut sebagai Ketua Komite FFI selanjutnya.
“Caranya dengan membentuk komite baru. Karena BPI dari awal adalah sebuah badan yang keliru. Lihat itu AMPAS ( Academy of Motion Picture Arts and Sciences) yang menyelenggarakan piala Oscar adalah swasta murni yang sebenarnya,” kata Akhlis Suryapati
Akhlis ingin mengatakan, sebagai lembaga swasta mandiri BPI nyatanya masih menghamba dan menempel ke pemerintah. Buktinya, FFI masih dibiayai pemerintah, tapi seolah dikuasai BPI sendiri.
“Kedaulatan masyarakat film hari ini tidak kita miliki, dan harus kita rebut. BPI gagal melakukan (menegakkan kedaulatan) itu. Karena BPI sibuk rebutan proyek, dan menghamba kepada pemerintah,” imbuh Akhlis sembari menegaskan, BPI bahkan telah menjadi portal bagi film maker Indonesia yang mau memutar film ke jaringan bioskop XXI.
“Ini terjadi bukan karena BPI jahat. Tapi BPI mentalnya kacung, menghamba,” tekan Akhlis Suryapati sembari menyorongkan solusi penyelenggaraan Musyawarah Film Nasional.
“Harus ada musyawarah film nasional, setelah itu susun ulang pondasi (perfilman Indonesia). Agar yang akan dilakukan BPI mau melegitimasi rencana persesengkokolan mereka batal,” kata Akhlis lagi.
Asosiasi Film Tidak Membantu Anggota
Hal senada diungkapkan Nurman Hakim. Selalu sutradara dan akademisi, Nurman berharap Musyawarah Film Nasional dapat menjadi ajang rembuk nasional para stakeholder perfilman Tanah Air. Caranya menghadirkan semua pemangku kepentingan, hingga persona di luar asosiasi demi membuat forum besar.
“Orang yang diundang bukan hanya dari BPI juga asosiasinya. Harus ada akademisi di sana, bahkan wartawan hingga budayawan harus dilibatkan, demi merumuskan formula yang paling mustahak,” kata Nurman Hakim.
Nurman menjelaskan, sependek pengetahuannya, banyak film maker yang tidak dan emoh begabung dalam sebuah asosiasi perfilman di Indonesia, karena berbagai alasan. “Makanya kawan kawan IKJ sering bercanda, yang menang FFI pasti kawan-kawan jurinya yang tergabung dalam asosiasi yang sama. Atau FFI adalah festival film untuk kawan sendiri,” kata kandidat Doktor dan pengajar di IKJ dan UMN, itu.