Bandeng Jumbo di tengah Imlek : Akulturasi Budaya Tionghoa & Betawi

- Advertisement -

“Nah, orang Betawi  itu suka saling panas panasan sama tetangga. Kalau lihat tetangga sudah nenteng bandeng gede 5 ekor,  maka  mereka harus bisa beli 10 ekor. Begitu tradisinya turun menurun. Seolah bersaing  secara alus lah,” katanya sambil menyebut di tiap imlek selain Bandeng orang Betawi juga seperti wajib punya kue Keranjang, kecap dan petai.

Sebagai pedagang kawakan, di saat menjelang imlek  begini, rata rata  Ata membawa  dagangan  dengan berat 2-3 kwintal per hari. 

“Kadang kadang  bisa langsung habis dan perlu nambah satu kwintal lagi. Kadang nyisa, biasanya saya langsung jual lagi ke pasar.  Saya punya kios juga di pasar,” ungkapnya.

- Advertisement -

Ata menyebut, ia berdagang bandeng dadakan di pasar Rawa Belong sejak 1980,  “Masih sendiri, belum ada yang dagang. Lama lama banyak yang ngekor, mulai dari Abang, Encing dan  temen temen saya,”  tuturnya.

Dalam pengamatan Ata, jaman dulu  penjualan bandeng tidak dibungkus tapi disindik dan ditenteng. “Nah, orang Betawi  itu suka saling panas panasan sama tetangga. Kalau lihat tetangga nenteng bandeng 5 ekor,  maka  mereka harus bisa beli 10 ekor. Begitu tradisinya. Seolah bersaing  alus lah,” katanya. XPOSEINDONESIA/Nini Sunny. Bahan dan  Foto : Dudut Suhendra Putra

More Pictures

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -