Pujian untuk Slamet & Dewi Irawan
Dalam durasi 1 jam 41 menit, sisi romantis film ini tumbuh dari kedua karakter utama. Suasana Bali dengan pemandangan alamnya yang indah ikut menguatkan cerita. Digambarkan keduanya bisa bertemu dan menyatu secara perlahan dan saling menyembuhkan.
Di awal film, Sherly mampu menjadi sosok pas sebagai Sisy yang mandiri angkuh, galak, dan tertutup. Ia perlahan membuka diri dan melembut semenjak terlibat pertemuan intens dengan Bisma.
Namun belakangan, seiring alur, ketika adegan secara bergantian memperlihatkan perkembangan karakternya, Sheryl seperti tampil kurang penjiwaan.
Sisi komedi film ini ditumbuhkan oleh Ito (Arya Saloka), sahabat Bimo yang konyol terbaik, Slamet Raharjo (ayah Bisma) yang diumur setua itu ternyata masih diganggu dan diminati terang terangan oleh janda genit bernama Jeng Sari (Tania Ayu Siregar).
Atau lihat peran sekilas Teuku Rifnu Wikana sebagai Ray, mantan kekasih Sisy, yang dicurigai menyukai sesama jenis, ditampilkan simple tak berlebih-lebihan, tapi bisa menggelitik penonton.
Kualitas akting aktor senior, Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan, yang berperan sebagai orang tua Bisma, telihat sangat mengesankan. Keduanya bisa menampilkan sosok orang tua yang bijaksana, namun tetap egois karena belenggu tradisi
Dimas Anggara bermain lumayan pas ketika beradu akting dengan Sisy maupun Ito. Namun harus diakui, tetap seperti ada ruang kosong yang jauh, ketika Dimas berhadapan akting dengan ayahnya sendiri, Slamet Rahardjo. XPOSEINDONESIA/NS FOTO : Dok Screenmedia Films & MD Pictures