“Pada akhirnya, kemasan semacam ini membuat JJF punya ciri khas dengan kualitas dan penampilan yang berbeda dari pentas jazz manapun di luar negeri!” ungkap Bens Leo lagi.
Sementara itu khusus untuk JFC, kekuatannya justru menonjol terlihat dari kegigihan Presiden JFC, Dynand Fariz yang mengorganisir kegiatan yang sudah berlangsung sepanjang 14 tahun itu. Ia bukan hanya mengorganisir kegiatan JFC sebagai sebuah parade semata, tapi juga menumbuhkembangkan fashion baik sebagai profesi maupun bergerak sebagai bisnis.
Dynand fariz juga melobi sekolah sekolah dari tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk mengajak para murid terlibat baik sebagai desainer maupun sebagai model. Para murid ini bahkan mendanai sendiri project desain baju mereka!
Beberapa pengamat menilai JJF, JFC juga Tour de Singkarak punya peluang besar untuk menang di ajang ASEANTA khususnya kategori Marketing. “Jika menang alhamdulilah karena Indonesia memang ingin sekali berprestasi di ajang Aseanta Awards tahun ini,” ujar Asisten Deputi Bidang Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Noviendi Makalam ketika dihubungi di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya di acara malam Anugrah Branding Pariwisata Indonesia yang diselenggarakan di Balairung Soesilo Soedharman, kantor Kemenpar, 30 November, I Gede Pitana, Deputi Bidang Pemasaran Mancanegara menjelaskan, “Optimis tiga event itu memberi harapan kemenangan di ajang Aseanta 2016,” ujar I Gede Pitana.
I Gede Pitana menambahkan, ia menyimpan harapan menang di semua kategori. Namun yang paling diincar di ajang Aseanta 2016 yakni lewat kategori The Best Aseanta Airline Program (diwakili Garuda Indonesia), The Best Aseanta Cultural Preservation Effort, (Sawung Ujo, Kampung Naga, Ramayana Ballet, Baduy dan Wae Rebo), Best Tourism Attraction diwakili (Gumuk Pasir Parangkusumo, Blue Fire dan Taman Nusa Bali).