Elena mengaku jujur, salah satu tantangan terberat dalam menerbitkan buku ini, karena takut dengan respon dan komentar orang.
“Seperti respons Ibu saya usai membaca, tiba – tiba dia bilang kenapa begini? Dan aku bilang ke Ibu itu sebenarnya inilah tantangan terberat aku, menerima pertanyaan orang,” ungkap Elena.
Di samping harus kuat mental menerima pertanyaan, Elena juga harus kuat menerima penilian orang tentang karya ini.
“Seperti kemarin ada yang bilang kirain puisi tentang cinta, tetapi kok ini puisi sedih. Tapi ya buat aku terserah saja untuk menilai,” Elena.
Bicara cover buku kumpulan puisi ”Aku dan Bukan Dia” adalah ilustrasi gambar seorang perempuan yang tengah menatap ke atas dimana di sana terlihat cahaya.
“Ini sebetulnya diambil dari foto saya waktu di Bali. Kenapa ini yang dipilih, ini sebetulnya untuk menggambarkan kalau kita percaya bahwa dalam suasana gelap, ketika terlihat ada cahaya pasti ada harapan. Begitu makna cover ini,” kata Elena yang pernah rutin menggarap podcast di akun Instagram miliknya.
Buku kumpulan puisi “Aku dan Bukan Dia” berisi 55 puisi karya Elena yang menandakan panjang usianya.
Buku perjalanan jiwa yang terus mencari, yang dirangkai dalam tiga babak. Tiap puisi dijalin seperti penggalan kisah, seperti buku harian suatu pergulatan jiwa atas makna hidup yang dijalani.
Dalam “Aku dan Bukan Dia”, Elena menulis tentang dirinya dengan lembut dan hati-hati. Lima puluh lima bukanlah titik, melainkan sebuah perjalanan baru. Ada gurat kesedihan di situ, ada air mata yang tak terlihat, dan juga seperti ada cinta yang terselubung dan tak bisa dikejar lagi.
Kisah dan puisi Elena, bukan semata miliknya, Ini kisah tentang kita.
Tertarik memiliki buku ini, bisa didapat via e-commerce dengan harga Rp.78.000, – atau kontak via web milik Elena http://www.elenazzachnas.com XPOSEINDONESIA-NS Foto Muhamad Ihsan