Jumat, Februari 21, 2025

Penggunaan Bahasa Daerah Dalam Film Ikut Melestarikan Bahasa Dari Kepunahan

Kecil Besar

”Dalam film “Yuni” bahasa yang digunakan Jawa Serang. Jawa yang bercampur dengan bahasa Sunda. Di mana orang Jawa dan suku Sunda yang tinggal di pesisir provinsi Banten biasa menggunakan bahasa masing-masing dalam percakapan, dan uniknya mereka saling mengerti. Di sinilah kita lihat bahwa bahasa itu menjadi keutamaan rasa, bahasa budaya dan dalam bahasa daerah itu kuat sekali sopan santunnya,” urai Susi.

Dalam bidang kebahasaan itu juga Susi merasa kehilangan sosok Remy Silado, seniman yang mahir berbagai bahasa daerah dan bahasa asing. Remy Silado yang wafat tahun lalu, bagi Susi adalah pribadi yang mengingatkan pentingnya merawat dan menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Kata Susi, film perlu mengangkat bahasa daerah jika berkaitan dengan cerita yang diangkat ke layar lebar dengan latar belakang adat dan budaya suata daerah tertentu .

“Karena feel-nya ada di dalam bahasa itu. Kalau film “Uang Panai” tidak menggunakan bahasa daerah pasti terasa hambar dan tidak ada feelnya,” ungkap Susi yang mengingatkan bahwa penggunaan bahasa daerah adalah sebuah cara menghindari kepunahan bahasa.

Sementara itu, Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik dan Media, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi, dalam kata sambutan yang dibacakan Edi Suwardi, Kapokja Apresiasi dan Literasi Film mengakui semakin banyak film Indonesia yang menggunakan bahasa daerah.

Hal ini antara lain berkat upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menggalakkan penggunaan bahasa daerah di berbagai media pandang dengar. Kementerian juga telah mendanai produksi film yang menggunakan bahasa daerah.

Alasan lain meningkatnya penggunaan bahasa daerah dalam film Indonesia adalah maraknya era digital. Sekarang jauh lebih mudah memproduksi dan mendistribusikan film, dan hal ini menyebabkan pembuatan film menjadi lebih beragam. Termasuk film-film yang menggunakan bahasa daerah.

“Kita ambil contoh beberapa film indonesia yang sudah menggunakan bahasa daerah antara lain: “Arisan! (The Gathering)” (2003), yang menggunakan bahasa Jawa, “Laskar Pelangi (The Rainbow Troops)” (2008), yang menggunakan bahasa Minangkabau, Filosofi Kopi (Filosofi Kopi) (2015) yang menggunakan bahasa Sunda, “Pendekar Tongkat Emas” (2014) yang menggunakan bahasa Betawi, “Tarian Lengger Maut” (2022) yang menggunakan bahasa Bali, dan beberapa film berbahasa daerah lainnya,” ujar Edi Suwardi.

Film “Yuni” (2021) memperkenalkan bahasa Jaseng, Jawa Serang secara total dalam dialognya. Dan film “KKN di Desa Penari” (2022) yang menduduki peringkat pertama film Indonesia terlaris sepanjang masa juga banyak menggunakan bahasa Jawa. Film ”Ngeri Ngeri Sedap” (2022) juga menggunakan bahasa Batak. Film ini mendapat apresiasi dari penonton juga memenangkan Piala Gunungan Emas FFWI 2022.

“Film-film berbahasa daerah ini, hebatnya sukses baik secara kritik maupun komersial, dan membantu meningkatkan kesadaran akan penggunaan bahasa daerah dalam film-film Indonesia. Karenanya ke depannya mungkin akan lebih banyak lagi film Indonesia yang menggunakan bahasa daerah,” kata dia.

Dalam pandangan Presiden FFWI 2023, Wina Armada, Indonesia dalam aspek kebahasaan sangat beruntung memiliki bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diikuti dan dipahami oleh beragam suku yang ada di Indonesia.

Penggunaan bahasa daerah dalam film Indonesia, kata Wina merupakan perkembangan yang positif. Ini membantu untuk mempromosikan keanekaragaman budaya dan memberikan suara kepada orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia. Ini juga membantu membuat film Indonesia lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas.

Di tengah itu, ratusan bahasa daerah masih tetap bisa hidup di tengah masyarakat, bahkan bisa dimunculkan pula dalam percakapan. Menurut Wina, “Sebagai wartawan yang berkutat dengan kebahasaan, sangat relevan FFWI mengeglar webinar mengangkat tema Penggunaan Bahasa Daerah dalam Film.

Wina juga membandingan Indonesia dengan India yang memiliki ribuan bahasa daerah, namun tidak memiliki satu bahasa persatuan. “Sehingga karena masalah bahasa ini pula kadang yang menimbulkan pertikaian dan pertentangan antar suku di India!”ungkapnya. XPOSEINDONESIA Foto Instagram

Must Read

Related Articles