Setelah pembagian Bantuan Pinjaman Modal Tanpa Bunga (BPMTB) usai digelar, Arkamelvi menuturkan bahwa saat ini terlalu banyak pinjaman online berkedok membantu UKM namun dengan nilai pengembalian yang mencekik leher.
Alih alih membantu malah akhirnya membunuh pelaku UKM. Lewat program BPMTB yang digulirkan YDUI jadi sarana tepat ketimbang memberikan secara cuma-cuma dalam bentuk hibah. “Dengan pola pengembalian pinjaman itu, akan menjadi pemicu bagi seseorang untuk giat bekerja keras dan secara tidak langsung melahirkan karakter ukm yang peduli terhadap sesama UKM,” ujarnya.
“Syarat lainnya untuk mendapatkan BPMTB adalah UKM yang telah memiliki usaha berjalan dan ingin memperbesar usahanya. Jadi bukan untuk individu yang baru akan melakukan usaha. Ini untuk memperkecil kemungkinan kerugian yang terjadi karena usaha masih coba-coba. Kami melakukan monitoring ketat sebelumnya untuk menurunkan BPMTB ini,” ujar Arkamelvi.
Sebagai penutup, Arkamelvi berkeinginan dengan hadirnya DIMENSI ini, bisa memicu munculnya gerakan serupa dari pihak-pihak lain agar semakin masif dalam membantu masyarakat kecil, khususnya penggiat UKM.
MENDAPAT DUKUNGAN DARI SMESCO
Dari lokasi yang sama, Wientor Rah Mada menerangkan bahwa pihaknya membuka akses pasar untuk UKM, sebagai solusi logistik. Termasuk untuk mengakses pasar domestik sekalipun. Ia mencontohkan, konsumen dari Pulau Jawa yang ingin membeli produk makanan ringan khas Tarakan, Kalimantan Utara misalnya, harus membayar biaya kirim yang lebih mahal dari harga produk.
“Lewat SMESCO Fulfillment Center, kami siapkan sebagai tempat transit produk-produk UKM dari Sumatera, Jawa, dan Madura. SMESCO juga bekerja sama dengan JNE dan Guyub (Gudang YukBisnis). Semua produk UMKM nantinya akan dijual melalui Siren.id. Caranya mudah, hanya membuka website siren.id, memilih barang yang akan dijual lalu jika ada yang order tinggal mengirimkan resi kepada SMESCO yang akan mengirimkan pesanan ke seluruh Indonesia dengan ongkos kirim sekitar Rp6000 hingga Rp9000 saja,” terangnya.