Najwa Shihab dipilih Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI sebagai Duta Baca periode 2016-2020. Sebelum ini, Perpusnas pernah memilih Duta Baca Indonesia yakni Tantowi Yahya (2006-2010) dan Andy F Noya, (2011-2015).
Najwa yang bertugas sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV itu menerima tanggung jawab barunya dalam kondisi khawatir sekaligus senang. “Saya akan menjelaskan kenapa saya khawatir,” kata Najwa yang akrab dipanggil Nana dari atas podium saat pelantikan dirinya di Auditorium Perpustakaan Nasional R, Salemba Jakarta Pusat.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia jurusan Litigasi ini mengaku merasa perlu melakukan riset, sebelum menghadiri pelantikan dan mengemban tugasnya sebagai Duta Baca Indonesia.
“Saya googling dan mencari tahu tentang kondisi budaya membaca di Indonesia. Dan kenyataan yang saya temukan sangat mengkhawatirkan,” ujar perempuan kelahiran Makassar, 16 September 1977 ini.
Kekhawatiran itu lantaran Nana menemukan data survey UNESCO yang memperlihatkan Indonesia punya budaya membaca terendah. Berdasarkan data UNESCO, presentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 presen. “Artinya, di Indonesia dari 1000 orang hanya 1 yang punya minat membaca. Sementara di Eropa perbandingannya 1 : 25, di Jepang 1 : 15! Ini benar benar tragedi buat kita!” kata Nana.
Pembawa acara berita Mata Najwa di Metro TV dan peraih Journalist Award darI USAID dan Jawa Pos tahun 2011 ini menyebut kekahwatiran lain, “di semua negara, para siswa di tingkat SMA, diwajibkan membaca buku sastra. Sementara di Indonesia tidak seperti itu,” katanya dengan suara sangat khawatir.
“Sepanjang Indonesia Merdeka, kita telah menjadi bangsa tanpa literasi, dan dengan mudah kita menjadi bangsa pemarah, pencela tanpa keleluasaan hati dan minus imajinasi!” lanjut isteri Ibrahim Assegaf, dan Ibu dari Izzat (14 tahun)
Dengan menggenggam banyak kekhawatiran, Najwa menerima tugas sebagai Duta Baca Indonesia. “Sebenarnya ini tugas berat dan menantang,” ujarnya jujur. “Saya harus bisa menjadi mak comblang bagi banyak orang untuk jatuh cinta pertama kali pada buku!” Buat saya, buku adalah sebaik-baiknya sahabat! Ia bisa menasehati tanpa kita merasa sakit hati. Ia bisa kita bawa ke manapun kita pergi!”