Minggu, Desember 8, 2024

Pres Gas Tipis-Tipis Bermalam di Hopeland Camp

Malam cerah di Hopeland. Malam yang begitu sempurna, dengan keindahan suasana yang sulit dibingkai dalam sekadar untaian kalimat. Hopeland memberikan atmosfir berbeda untuk sebuah tempat pelepas kelelahan fisik dan kepenatan pikiran dari kesibukan keseharian.

“Hopeland berbeda dengan banyak tempat yang kami singgahi selama ini,” ujar Antonius Bramantoro, Sabtu (28/1/2023) malam di Hopeland Camp.

Hopeland Camp, yang relatif baru dikenal beberapa tahun terakhir, menjadi salah satu tujuan favorit untuk mendekatkan diri dengan alam. Popularitas Hopeland juga ditunjang beratnya tantangan untuk mencapainya.

Antonius Bramantoro, yang biasa disapa Ino, bersama 20-an rekannya yang tergabung dalam Pers Gas Tipis Tipis (PGTT) pada Sabtu dan Minggu (29/1) akhirnya berkesempatan mengunjungi Hopeland Camp.

Ino dan puluhan rekannya dari komunitas wartawan peliput olahraga, hiburan dan metropolitan, terpukau dengan suasana yang melingkupi kawasan wisata dan healing atau refreshing ini.

Mereka, di antaranya, Fitriawan Ginting, Aditya Saputra, Chairul Fikri, Thomas Manggala, Yazid, Eri, Iris Riswoyo, Ihsan,  Wempi Fauzi, Husni, Fajar, Martin, suami-istri Ismanto dan Nana, serta Isty Regita, untuk menyebut beberapa nama yang rutin mengikuti kegiatan healing PGTT.

Sebelum malam tiba, mereka bisa melihat Gunung Pangrango dan Salak, serta datangnya kabut yang menutup pemandangan. Saat senja berlalu, panorama pendar sinar lampu di kejauhan begitu memukau.

“Bogor di sana, Puncak di sana,” kata Hendrata Yudha seraya menunjukkan tangannya. Hendrata Yudha, atau Tata, memiliki Hopeland Camp setelah melepas kesibukannya sebagai pekerja media.

Tata mengaku senang dengan kehebohan dari kru PGTT, yang beberapa di antaranya dikenal baik. Beberapa tenda untuk kru PGTT tak dipakai karena mereka lebih suka menghabiskan malam dengan bercengkrama, bersenda gurau.

Hopeland Camp yang berbatasan dengan Taman Nasional Gn. Halimun-Salak, masih dihuni satwa liar seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Kukang (Nycticebus javanicus), berbagai jenis kodok endemik dan Macan Kumbang (Panthera pardus melas).

Must Read

Related Articles