Politikus dan budayawan Soegeng Rahardjo Djarot, yang lebih dikenal sebagai Erros Djarot, merilis dua buku berjudul “Autobiografi Erros Djarot Jilid 1” dan “Erros Djarot: Apa Kata Sahabat”.
Dalam peluncuran di Jakarta, Erros menegaskan bahwa nilai kejujuran, konsistensi, dan integritas menjadi pesan utama dari karyanya. Ia berharap para pembaca dapat mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya yang kemudian dituangkan dalam buku tersebut.
Menurut Erros, buku autobiografi ini ditulis melalui periode renungan yang cukup panjang, di mana ia memutuskan untuk menuliskan kisahnya dengan pijakan moral dan kejujuran, walaupun beberapa bagian mungkin terasa “tak sedap” bagi sebagian pihak.
Buku autobiografi ini mengisahkan perjalanan hidupnya sejak usia sembilan tahun — mulai dari kondisi keluarga yang disebut ‘broken home’, keterlibatan aktifnya sebagai aktivis sejak SMP, hingga perjalanan bermusiknya sejak SMA. Ia menuliskan proses kreatif di balik lagu-lagu seperti “Bisikku” bersama Barong’s Band (soundtrack film Kawin Lari) yang menjadi titik awal kariernya sebagai music director di usia 25 tahun.
Lebih lanjut, buku itu juga mencakup kisahnya di album Badai Pasti Berlalu, dengan lagu-lagu seperti “Merpati Putih”, “Pelangi”, dan “Badai Pasti Berlalu” bersama musisi seperti Chrisye, Debby Nasution, dan Yockie Suryo Prayogo. Tak hanya itu — Erros juga menceritakan kiprahnya sebagai sutradara dalam film Tjoet Nja’ Dhien yang meraih 8 Piala Citra pada FFI 1988, termasuk 3 penghargaan untuk Erros sendiri sebagai sutradara, penulis skenario, dan pengarang cerita asli. Film ini juga menjadi film Indonesia pertama yang diputar di Festival Film Cannes tahun 1989.
Sementara itu, buku kedua “Erros Djarot: Apa Kata Sahabat” memuat tulisan dari 72 sahabat Erros yang berasal dari latar belakang berbeda—termasuk nama-nama seperti Guntur Soekarnoputra, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Mahfud M.D., Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Muhaimin Iskandar, Yenny Wahid, hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Buku ini merupakan bentuk konfirmasi dan pendalaman dari kisah-kisah yang ditulis dalam autobiografi.
Mengomentari kedua buku tersebut, Erros berkata:
“Buku ini diawali dengan seluruh teman-teman dengan beda agama, beda politik tapi bersatu, mudah-mudahan itu pertanda yang baik, semoga lahirnya buku ini bisa menyatukan.”
Peluncuran buku ini juga ditandai dengan penyerahan penghargaan dari Museum Rekor‑Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori “Buku Autobiografi Pertama yang Ditulis dengan Kaidah Sastra”. XPOSEINDONESIA Foto : Instagram