“Kita juga akan melakukan pemulihan pariwisata di Bali, Kepulauan Riau dan destinasi unggulan lainnya,” jelas Menparekraf.
Deputi Bidang Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Kurleni Ukar menjelaskan, target perjalanan wisnus mengalami perubahan seiring perubahan metode penghitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Di mana, sejak 2019 penghitungan dilakukan dengan metode Mobile Positioning Data atau berdasarkan pergerakan gawai.
Dengan perubahan ini, estimasi jumlah wisnus di 2021 mencapai 525 juta pergerakan dan diproyeksikan meningkat menjadi 550 juta pergerakan pada tahun ini.
Menurut Kurleni, dalam beberapa bulan terakhir tingkat penghunian kamar (TPK) menunjukkan peningkatan yang menandakan bahwa wisnus sudah bergerak dan mulai pulih. “Secara umum, mobilitas masyarakat Indonesia ke tempat wisata mulai kembali ke normal sejak bulan Oktober 2021,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa perjalanan wisatawan nusantara didominasi oleh pelaku perjalanan dari Jawa-Bali.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menyebutkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi pariwisata domestik. Antara lain tantangan konektivitas, kapasitas penerbangan, termasuk persoalan harga.
“Kapasitas penerbangan masih menjadi tantangan apalagi kondisi pandemi. Saat ini penerbangan tidak terlalu banyak. Contohnya saya terbang dari Jakarta ke Manado itu biayanya sekitar Rp3,7 juta. Kalau orang tidak punya kepentingan mendesak, banyak yang lebih memilih pergi ke luar negeri yang lebih ekonomis,” ujarnya.
Group Vice President Marketing and Communication Smailing Tour and Travel Service Putu Ayu Aristyadewi menambahkan, dengan kondisi saat ini pihaknya menerapkan strategi meraih pasar yang lebih segmented dan targeted. Misalnya, segmen lansia, anak muda milenial, dan keluarga.
“Kami juga lebih menekankan pada produk berbasis experience yang unik dan hanya bisa didapat melalui travel agent,” paparnya.