Kemudian 14 situs berlatar agama Buddha seperti Sewu, Bubrah, Lumbung, Ghana, Plaosan, Sojiwan, Kalasan, Sari, Pakem, Bugisan, Bogem, Sumber Watu, Dawangsari, dan Banyunibo. Satu situs pemukiman Ratu Boko, satu situs Perbengkelan Gupolo. Lima situs tidak teridentifikasi latar belakang keagamaannya seperti Tinjon, Watu Gudig, Karang, Sanan, dan Patihan.
“Kawasan Prambanan merupakan sebuah kota kuno (ancient city) terbukti dari banyaknya peninggalan budaya yang ada. Dan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram kuno yang merupakan sebuah peradaban yang maju dengan segala organisasi kenegaraan yang telah terstruktur dengan baik sehingga menjadi salah satu peletak dasar kehidupan bernegara di Indonesia,” katanya.
Manggar juga menjelaskan, nama-nama desa yang berada di sekitar Prambanan menunjukkan adanya kesinambungan dengan masa lalu. Sebagai contoh adalah nama Desa Taji dan Pulowatu. “Nama-nama tersebut merupakan nama watak dalam kerajaan Mataram kuno sebagaimana tercantum dalam prasasti-prasasti pendek di Candi Plaosan,” katanya.
Sementara itu, menurut Astrid Savitri, penyampaian cerita akan meningkatkan nilai suatu produk wisata. Pencerita yang baik harus memiliki sudut pandang, struktur dan alur cerita, serta empati kemanusiaan.
“Pencerita yang baik adalah pengamat dan penyimak yang baik. Ia dapat menceritakan sebuah objek atau situasi dengan kata-kata yang baik. Tipsnya adalah menggunakan kalimat sederhana dan sependek mungkin serta menghindari kalimat yang bersayap. Perbanyak deskripsi dan gunakan kalimat aktif, selektif mengutip dan perkaya diksi dengan cara banyak membaca, menonton dan menyimak,” ujarnya XPOSEINDONESIA/ Foto : Biro Komunikasi Kemenparekraf
More Pictures