Posisi Perempuan Dalam Perfilman Indonesia : Banyak dalam Jumlah, Belum Utuh dalam Cerita

- Advertisement -
- Advertisement -

Festival Film Wartawan Indonesia  XI, ketiga kalinya menggelar Webinar, Selasa (21/9). Webinar yang didukung penuh Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM), Kemendikbud Ristek RI ini mengangkat tema  “Peran dan Posisi Perempuan  Dalam Perfilman Indonesia”.

Diskusi yang dipandu Puput Puji Lestari  ini, memperlihatkan pembicara  dengan topik hangat   yang disuarakan Christine Hakim, Melanie Soebono dan Cinta Laura Khiels.

Melanie Soebono :  Mahhluk Terkuat itu Bernama Ibu

Menurut Penyanyi, Presenter, Sutradara ini,  perempuan harus menjadi sosok yang kuat di lingkup mana pun, termasuk di dunia perfilman. Perempuan membutuhkan nyali yang sangat kuat saat berada di lingkungan pekerjaan yang mayoritasnya dilakukan laki-laki.

- Advertisement -

“Itu pasti  juga butuh nyali kuat, karena nggak jarang mendengar teman-teman yang karena mereka perempuan jadi dianggap remeh. Tapi sekarang saya sendiri sudah melihat sudah banyak sutradara perempuan,” kata Melanie Subono

Meski perempuan telah banyak terlibat  di belakang layer produksi film dan sinetron, Melanie mengatakan, hal yang paling penting adalah penggambaran perempuan di depan layar.

“Buat saya, yang lebih penting adalah bagaimana perempuan digambarkan dalam film atau sinetron,” ujar Melanie.

- Advertisement -
Menyalin

“Percuma kalau semua pelakunya perempuan, tapi saat di filmnya perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tersiksa, yang sekuat-kuatnya dia tapi mau nerima peran jadi istri ke sekian,” lanjutnya.

Melanie mengatakan, orang Indonesia sangat menyukai film dan sinetron. Sineas perlu memastikan bahwa mereka tidak membuat paradigma bahwa perempuan adalah sosok yang lemah.

“Orang kita sangat mengamini sinetron dan film, sehingga perlu sekali untuk memastikan bahwa perempuan digambarkan sebagai sosok sebagaimana dia seharusnya,” ujar Melanie.

“Yang kuat, bukan yang lemah. Perempuan kan makhluk terkuat.” Ungkap Melani yang sedang memproduksi film juga berjudul Ibu.

 “Lewat film  Ibu saya ingin menggabarkan makluk terkuat itu ibu. Ada ibu jari, ibu pertiwi. Jadi saya akan menggambungkan lagu dari lima daerah dan syutingnya dilakukan di lima daerah asal lagunya,” katanya.

Film “Ibu” merupakan hutang rasa Melanie Subono pada BJ Habibie.

“Film ini sebenarnya idenya dari Eyang Habibie. Saya yang tidak tahu sama sekali tentang film, karena tahunya cuma main selama ini. Akhirnya memberanikan diri untuk membuat. Rencananya film Ibu akan tayang pada saat hari Ibu, 22 Desember,” paparnya.

Cinta Laura : Perempuan Punya Kekuatan Memimpin, Bebas Berpikir &  Berekspresi

Artis cantik ini mengaku sangat selektif dalam memilih peran dan film yang akan dia bintanginya. Salah satunya dengan memastikan bahwa film tersebut tidak menggambarkan perempuan sebagai sosok lemah.

Menurut Cinta, belum banyak karakter perempuan kuat di dunia hiburan, khususnya film, sehingga banyak anak muda terutama perempuan, yang tumbuh dengan pemikiran bahwa mereka tidak bisa bebas dalam melakukan sesuatu.

Baca Juga :  Menparekraf Dukung Penuh Kebijakan PPKM

“Bukan tidak ada karakter perempuan yang kuat, tapi masih kurang banyak,  sehingga anak-anak tumbuh besar dengan pemikiran bahwa sebagai perempuan, mereka hanya bisa melakukan ini dan tidak bisa melakukan itu,” kata Cinta Laura .

“Aku nggak mau sampai seterusnya begitu. Oleh karena itu, aku selalu make sure untuk memilih karakter perempuan yang kuat,” lanjut Cinta.

Cinta Laura menambahkan bahwa melalui karakter yang diperankannya, ia ingin menunjukkan bahwa perempuan merupakan sosok dengan pemikiran kompleks.

Cinta  juga menyebut, penonton harus melihat bahwa perempuan sangat kuat dalam menahan segala rasa sakit baik secara fisik, mental, maupun emosional.

“Aku ingin peran-peran dalam film itu memberdayakan perempuan dan melihat mereka sadar bahwa sebagai perempuan, mereka punya kekuatan untuk memimpin hidup mereka sendiri, bebas berpikir, dan bebas berekspresi,” imbuh Cinta.

Terutama di era digital ini, menurut Cinta Laura, orang-orang sangat mudah menerima konten-konten termasuk film melalui layanan over the top (OTT) sehingga para sineas perlu menghadirkan konten yang bermanfaat.

“Jadi kita harus menampilkan konten, film, atau lagu yang bisa membantu generasi muda bisa berpikir secara kritis, inovatif, dan kreatif. Hal-hal yang kita sajikan harus ada maknanya,” ujar Cinta.

“Dan sangat penting kita tambahkan peran-peran perempuan kuat di film agar wanita Indonesia tahu bahwa mereka setara dengan laki-laki, mereka mampu mengejar mimpi dan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri,” tambahnya.

Christine Hakim :  Superhero itu adalah Superwoman, bukan Superman

Perempuan Indonesia mempunyai inner power yang luar biasa sekali. Dan tidak hanya pandai bersolek. Meski demikian, laki-laki dan perempuan sejatinya diciptakan untuk saling menyempurnakan.

“Bagaimana mungkin tidak mempunyai inner power, jika bisa mengandung selama sembilan bulan, sembari menjalankan banyak fungsi lainnya. Seperti sebagai ibu rumah tangga, pendidik, pelindung hingga penjaga keseimbangan rumah tangga. Jadi, Super Hero bukan Superman, tapi Super Woman,” kata Christine Hakim

Christine Hakim juga berbagi kisah posisi perempuan dalam dunia perfilman yang masih sangat kecil.

“Sejak seabad lalu, dunia film didominasi kaum pria. Yang menjadi pelaku utamanya. Di Indonesia, di tahun 50an juga didominasi kaum pria. Saya saat terjun di dunia perfilman di tahun 73, dominasi kaum pria masih kuat. Perempuan hanya mendapatkan peran kecil, seperti bagian make up dan wardrobe. Sekarang, Masya Allah, bahkan perempuan memanggul kamera yang beratnya 25 kg. Bukan hanya fisiknya yang kuat, tapi inner power-nya juga. Ini yang membuat perempuan mampu menghadapi segala tantangan,” katanya. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Layar Tangkap Zoom


- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -