“Ini salah satu bentuk berkompetisi dengan pemain asing. Untuk itu, pemahaman behaviour penonton kita jadi sangat penting, kita bisa membuat konten-konten yang baik sesuai dengan kemauan penonton. Sehingga apa yang akan diproduksi ke depan bisa tepat dan efisien. Hal itu menjadi cara untuk menyiapkan ekosistem baru, pemenangnya adalah siapa yang dapat memahami siapa penonton mereka, siapa costumer mereka,” kata Wishnutama.
Sebelumnya, Kemenparekraf bekerja sama dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI) untuk membahas tantangan yang dihadapi oleh pekerja film tanah air. Selain itu juga untuk membuat protokol agar kehidupan perekonomian industri film dan pelakunya tetap berjalan di tengah kondisi yang mengalami berbagai tantangan bukan hanya bioskop tapi juga saat produksi yang dihadang tantangan berat COVID-19.
“Kami sedang menyiapkan berbagai protokol untuk menghadapi kondisi new normal, Jika protokolnya sudah siap, kita akan melakukan simulasi dan uji coba karena kehidupan perekonomian harus berjalan. Ini dipersiapkan untuk kondisi yang lebih baik dari hari ini tapi sekarang masih mempersiapkan protokol-protokol dari sebelumnya, ini harus dipersiapkan untuk hidup dalam masa new normal,” kata Wishnutama.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum BPI Dewi Umaya mengatakan, sampai saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam penyusunan protokol yang nantinya akan diteruskan kepada para stakeholder.
“Setelah disusun dalam waktu dekat akan disosialisasikan ke stakeholder. Protokol-protokol ini tentunya harus sesuai dengan semua pihak. Nantinya protokol ini akan dikirimkan ke pemerintah dan dilihat oleh Gugus Tugas,” ujar Dewi. XPOSEINDONESIA/ Foto : Biro Komunikasi Kemenparekraf