Tapi tak semua hits maker itu bisa bertahan lama sampai puncak popularitasnya, seringkali kariernya memudar seiring dengan munculnya regenerasi dan era teknologi baru, seperti memudarnya Ring Back Tone (RBT) sekitar tahun 2011 dan munculnya iTunes di era digital.
Melly Goeslaw misalnya, tiba-tiba saja menjadi hits maker untuk lagu-lagu tema musik film, yang beredar melalui soundtrack music film. Walaupun Melly Goeslaw pernah merajai pembuatan soundtrack music film pada tahun 2000-an, tapi dari dunia rekaman lagu-lagu film ini, sejauh yang kita ingat, tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan album Badai Pasti Berlalu hasil kongsi rekaman antara Erros Djarot dan Debby Nasution serta anak-anak band Gank Pegangsaan di tahun 1977.
Album Badai Pasti Berlalu versi aslinya, masih menjadi album legendaris yang dicari para kolektor kaset, hingga kini. Dan awal tahun ini, Promotor menggelontorkan dananya untuk menggelar karya cipta Erros Djarot di JCC.
Yang menarik ada peran hits maker seperti Fariz RM, Ahmad Dhani, Dewiq dan Yovie Widianto, banyak yang mengatakan mereka lahir sebagai musisi jenius. Fariz yang banyak memiliki band di masa mudanya ( Superdigi, GIF, Jakarta Rhythm Section, dan lain-lain) ini, banyak menciptakan lagu hits, sejauh ini yang sangat fenomenal dan kuat karakternya adakah ‘’Sakura’ dan ‘Barcelona’. Jika saja Fariz tak terjegal oleh drugs, mantan anak Menteng ini pasti tetap jadi musisi yang paling mencorong dalam berbagai dekade perkembangan musik.
Sejauh ini, kekuatan sebagai penyokong lahirnya lagu hits yang longlasting masih dipegang Yovie Widianto, dan itu dibuktikan oleh 2 konser yang dipimpinnya, yakni pada ultah 25 Tahun Kahitna ( 2011 ) dan Konser Tak Tergantikan 30 Tahun Yovie Mengabdi di Dunia Musik, Oktober 2013. Dua konser ini menandai kekuatan musisi Indonesia melawan invasi musisi asing yang perform ke Indonesia.