Minggu, Februari 23, 2025

Lagu dan Lirik adalah Selera, Etika yang Utama

Kecil Besar

Bens dan Is juga berharap, industri musik bisa tumbuh dengan sempurna, bebas menulis lirik, tapi bertanggung jawab pada konsumennya. Mereka meminta media massa ikut membantu agar industri lagu anak-anak juga tumbuh kembang dengan baik ( lagi ) seperti di era Chicha Koeswoyo,, Adi Bing, atau di jaman Agnez Mo masih anak-anak…..

Salah satu caranya adalah, menganjurkan anak-anak menyanyi lagu-lagu sesuai dengan usianya untuk sebuah kompetisi nyanyi yang tayang di televisi, seperti ‘Idola Cilik’. “Mosok anak-anak disuruh menyanyi lagu bertema selingkuh ciptaan Mata Band……Acara-acara tekevisi hendaknya diawasi secara ketat oleh KPI, ” ujar Bens Leo mengunci diskusi musik di Kampus UNJ ini. XPOSEINDONESIA-Bens Leo Foto : Dok. Payung Teduh, Dok. Chaseiro, Tempo.co, & BL 

More Pictures 

Is, vokalis Payung Teduh mengatakan; “Intinya, musik dan lirik adalah selera. Yang membedakan adalah meletakkan penulis lirik itu pada estetika dan etika. XPOSEINDONESIA -Bens Leo
Payung Teduh telah membuat album indie pertamanya yang dirilis di penghujung 2010. Musik yang mereka bawakan terasa membawa aura era 60-an dengan balutan keroncong dan jazz. Foto : Dok. Payung Teduh
Dengan Lagu “Pemuda” yang diciptakan Candra Darusman di 1978, Chaseiro dinilai membawakan ‘karya baru yang orisinal’. Selama 36 tahun, lagu itu terdengar tetap istimewa. Foto : Dok. Chaseiro
Lebih dari dua dekade, nama Gombloh sangat kondang. Lelaki ceking asal Surabaya, bersuara lantang ini cakap memulis lirik dan melodi lagu. Kadang kontradiktif. Foto: TEMPO.CO

Must Read

Related Articles