“Itu pengalaman show dahsyat dan tak terlupakan. Tetapi khusus pagelaran di tahun 1995, saat gladi bersih, turun hujan sangat besar. Air hujan masuk ke dalam peralatan kami. Ketika malamnya kami menggelar show, suara gamelan jadi tembem. Itu bahayanya membuat pertunjukan secara open air!” kenang Kompiang terkekeh.
Album Gong 2000 yang bernuansa rock dan kental memperdengarkan instrumen gamelan itu bagi pencintanya dirasakan sebagai sebuah kemegahan tiada tara. “Kenapa gak dibikin lagi?” tanya seorang penonton Cakap-Cakap?
Ian mengaku masih tertarik dan berniat untuk membuat musik yang menggabungkan musik pentatonis dan diatonis itu. “Musik Gong 2000 seharusnya bisa diteruskan. Tapi butuh waktu. Butuh untuk sering ketemu, berdialog juga latihan secara bersama.”
Ian yang baru merilis single terbaru God Bless, berjudul “Mulai Hari Ini”. Ide liriknya berisi ajakan untuk meninggalkan masa lalu, yang termasuk di dalamnya jika itu, penuh kekelaman, dan memasuki lembaran dan nilai baru yang lebih postif. Semacam metamorfosa dari hitam ke putih, Dalam bahasa lain merupakan proses hijrah yang sebenarnya. “Seperti di dalam industry musik, kita sudah tidak bisa lagi mengelolanya seperti masa lalu. Kita harus berubah!” kata Ian tentang lagu barunya.
Musik Eksotik dari Timur
Kompiang menyebut, musik Timur memang terdengar eksotis dan selalu punya menjadi daya tarik, terlebih bagi telinga orang luar negeri.
Namun, di era 1977 dulu, musik macam ini dianggap aneh bahkan oleh orang Bali. “Saat rilis rekaman bersama kelompok Guruh Gipsy, teman teman di Bali mencaci maki. Mereka minta album eksperimen itu jangan dibawa ke Bali,” ungkap Kompiang yang mengaku harus setahun menjalani latihan bersama Guruh Soekarnoputra Cs.
“Setiap malam saya harus tidur di bawah piano di studio Angkasa, tempat rekaman album itu!” Kompiang mengenang.
Sebagai seniman musik tradisi, Kompiang yang juga berada dalam Lembaga Kesenian Saraswati menyebut, kondisi Pandemi Covid 19, membuat seniman terpaksa tak ada pekerjaan di dunia kesenian. “Satu dan dua orang yang tinggal di Bali, ada yang kembali kerja mengukir atau kerja di bangunan, agar bisa hidup,” ujar Kompiang. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Muhamad Ihsan