GIGIE Indie……dimulai dari Ultah 17
Hampir 5 tahun yang lalu, tatkala GIGI merampungkan kontrak rekamannya dengan Sony Music Indonesia, Pos Entertainment – manajemen GIGI memutusklan untuk bergerak indie.
Album rekamannya pernah dijual bekerjasama dengan sebuah supermarket, titip edar lewat Universal Music, mengaktifkan promo melalui sosial media, dan puncaknya adalah, GIGI menggelar Konser Tunggal Ultah ke 17 di Istora Senayan, (hampir) tanpa sponsor. Pos Entertainment mengongkosi pertunjukan akbar yang sewa perhari Istora Senayan berkisar Rp. 200 juta.
Untuk sebuah pertunjukan besar, manajemen GIGI harus menyewa gedung 2 hari. Bisa dibayangkan, berapa cost produksi Konser Akbar 17 Tahun GIGI, jika sewa gedung Istora saja sudah Rp. 400 juta, Jika saja GIGI tidak menyimpan fans fanati bernama GIGI Kita, sulit dibayangkan Konser Tunggal Sweet Seventeen GiGI itu bisa balik modal.
GIGI dibangun di Jakarta 22 Maret 1994, kontrak rekaman pertamanya dilakukan oleh alm Awie, pemilik label Union Artis. Saat itu Armand Maulana sudah bergerak di industri panggung, setelah namanya kondang melalui Festival Band Antar SMA Se Jawa Bali, dan band SMA 5 Bandung dengan vokalis Armand Maulana menjadi juara pertama, Armand merebut trohy Vokali Terbaik, menggulingkan band inkamben – juara sebelumnya – dari Yogya.
Melalui Bens Leo, Band SMA 5 direkomendasi mengisi acara ultah Majalah GADIS di Jakarta, setelah itu, Bens juga meminta Armand menjadi penyanyi untuk lagu ‘Ekstasi’ yang kemudian menjadi Lagu Terbaik Lomba Cipta Lagu Perjuangan 1991. Armand terpilih sebagai Vokalis Terbaik di lomba ini.
Dewa Budjana yang awalnya beken dari band Squirrel Surabaya – band juara Yamaha Light Music Contest, juga dikenal sebagai gitaris serba bisa, bermain di segala macam ganre musik. Formasi awal GIGI juga memasang gitaris rock Baron, bassist Thomas Ramdhan dan drummer Ronald.