Edwin lebih jauh menyebut, Digiwave sudah memasuki teknologi digital yang semuanya serba wireless dan nir kabel. Karenanya, di dalam studio tidak terlihat meja switcher dengan banyak tombol seperti penampilan studio rekaman di masa lalu.
Menurut Edwin, tantangan penyewaan studio rekaman di zaman kini memang harus bisa memperlihatkan adanya perpaduan antara tekologi dan kreativitas.
“Zaman kini fungsi studio bukan hanya untuk merekam audio, tapi juga menyediakan visual. Karena rekaman visual diperlukan untuk tayangan social media maupun Youtube. Digiwave sedang menyiapkan fasilitas itu. Jadi nanti studio kami bisa pula digunakan untuk menyiarkan podcast!” ungkap Edwin.
Dalam jangka panjang, Edwin mengarahkan Digiwave untukk menerima pekerjaan yang terhubung dengan musik yang dilakukan di luar ruangan atau outdoor.
”Ya semacam menyediakan peralatan rigging panggung. Jika event musik telah kembali normal, kami akan masuk ke sana!” ungkap Edwin.
Pembukaan kembali studio Digiwave ditandai dengan perubahan logo.
“Sesungguhnya logo lama sudah bagus. Namun yang baru ini mengikuti selera hari ini. Di mana ada perpaduan antara teknologi dan kreativitas, Pada logo baru ada image player music-nya!””
Ediwan Prabowo yang duduk sebagai Komisaris Utama menyebut, Digiwave menyiapkan paket-paket promosi untuk pengguaan studio latihan maupun rekaman.
“Harga kami masih kometitif. Kami juga membuka kafe kecil di lingkungan Digiwave. Jadi usai latihan, bisa langsung mengisi perut atau sekedar ngopi-ngopi!” pungkas Ediwan. XPOSEINDONESIA/NS Foto Muhamad Ihsan dan Indrawan Ibonk