“Musisi Indonesia bagus, multi talented, mereka tak hanya cakap bermain musik, tapi juga meng-composed dan membuat aransemen lagu, Groovinity dari Batam ini satu diantaranya. Tapi mereka harus dikasih kesempatan tampil di event jazz festival yang lebih besar, “ kata Brian Batie, Batie pernah tergabung dalam kelompok musisinya Tamam Hoesein dan alm Elfa Secioria, selama lebih 5 tahun menetap di Jakarta pada tahun 1980-an.
Pada Groovinity, Batie berpesan, “Main musik jazz juga bagian dari entertainer, harus menghidupkan panggung, jika lagu memungjinkan mereka beraksi. Bikin koreografi, bentuk stage act yang baik.” Lalu, mulailah trio vokalis Groovinity – Kiki Amalia, Laras Radella dan Bayu Bagus – menyanyi sambil sedikit menari. Satu hal yang mungkin tak banyak dilakukannya. Nomor lagu yang bisa didandani dengan koreografi adalah ‘Through the Fire’ dan ‘Just the Way You Are’. Dan Groovinity kaget, tatkala diawal jam session dengan Brian Batie, bassist asal Amerika ini justrU meminta Alif Putra ( bas ), Paulus Andreas ( synthesizerr / keyboards ), Matius Regi ( piano ) dan Oscar ( drums ) memilih lagu daerah Indonesia, Bayu yang akhirnya memilih lagu ‘Sio Mama’ dimainkan bersama oleh Groovinity dan Brian Batie, karena memungkinkan lagu ini menjadi sangat ‘groovy’, menonjolkan rhythm section ( double bas antara Brian dan Alif – yang sayangnya di awal cuma ada satu ampli bas ) dan drum, main bareng.
Saya – Bens Leo – yang diminta sedikit memberi pesan pada Groovinity dan musisi Batam cuma menambahkan, agar musisi daerah lebih banyak diberi kesempatan manggung dengan ‘musisi senior’, tampil di event jazz festival di Jawa, jangan lupa membuat komposisi lagu sendiri yang orisinal. Tak boleh selamanya membangun band hanya menjadi cover version penyanyi atau musisi lain, “Jika Groovinity bisa menulis aransemen sendiri, tidak memainkan lagu orang lain dalam aransemen yang sama, dari sanalah karakter itu akan lahir, dan mulailah berani mencipta lagu sendiri, “ pesan saya pada Alif dan kawan- kawan.