Reality Club Rilis Single   Desire Tentang Hasrat Gelap Mata

- Advertisement -
- Advertisement -

Usai merilis single terbaru bernuansa wild-west “Dancing In The Breeze Alone”, Reality Club kembali merilis single lain yang digambarkan sebagai kelanjutan dari lagu tersebut berjudul “Desire”.

“Desire” adalah sebuah lagu tentang bagaimana kita, sebagai manusia yang beradab dan berpendidikan, dapat berubah menjadi seseorang yang gelap mata hanya karena mengikuti hasrat kita yang paling dalam. Kita dapat melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan dan tidak jarang kita akan merasa menyesal setelahnya.

Ini digambarkan sebagai sebuah peringatan bahwa seseorang yang terlihat baik sekalipun dan berjuang dengan untuk apa yang mereka pikir baik, ketika keinginan gelap tersebut muncul, maka semua hal dapat berubah dengan seketika.

- Advertisement -

Desire hadir juga dalam bentuk dengan video klip yang diceritakan sebagai sekuel dari “Dancing In The Breeze Alone”, yang baru-baru ini memenangkan Munich Music Video Awards 2023 untuk “Best Music Video: Asia Pacific” dan terpilih sebagai finalis “Best Music Video” secara keseluruhan.

Masih di bawah arahan Ibnu Dian dan diproduksi oleh MIURA Films, Desire bercerita tentang “The Sister” sebagai satu-satunya anggota geng yang masih hidup setelah dikhianati oleh “Mortas”, yang diperankan oleh Bobby Mandela dari BKR Brothers. Seperti lirik dalam lagunya, film ini berfokus pada perjalanan The Sister yang berkeinginan untuk

membalas dendam atas kematian teman-teman dan saudaranya, meskipun harus kehilangan nyawa. Diambil di pulau Bali, video ini sepenuhnya direkam menggunakan efek praktis dan aksi nyata dari para pemainnya, di mana mereka harus mengikuti kursus berkuda untuk dapat menunggang dan mengendalikan kuda dengan baik dan benar.

- Advertisement -
Menyalin

Meskipun secara visual dan cerita dianggap sebagai sekuel dari “Dancing In The Breeze Alone”, Desire memiliki nuansanya tersendiri yang tidak terlalu terinspirasi dari soundtrack film spaghetti western. Lagu ini terkesan lebih gelap, dimulai sebagai lagu rock dengan pergantian beat mendadak dan berubah menjadi dark-trap ala Travis Scott, untuk

menggambarkan karakter di dalam cerita ini yang telah jatuh ke dalam hasratnya yang paling dalam dan gelap. Lagu ini turut menampilkan strings quartet yang diaransemen oleh kolaborator lama band ini, Chicha Adzhari, yang juga mengaransemen “Dancing In The Breeze Alone”.

Tentang Reality Club

Terbentuk di akhir 2016, Reality Club merupakan band indie-rock peraih nominasi AMI (Anugerah Musik Indonesia) untuk kategori Best Newcomer di tahun 2018 dan Best Alternative Group di tahun 2018, 2020, 2021, dan 2022.

Berasal dari Jakarta, mereka kian berkembang dan terus menjadi pembicaraan sejak single pertama dirilis. Reality Club terdiri Era Patigo (drum), Faiz Novascotia Saripudin (vokal dan gitar), Fathia Izzati (vokal dan keyboard), dan Nugi Wicaksono (bass). Dengan daya tarik pasar lokal dan internasional, mereka telah berhasil memperluas pendengar mereka sejak 2019 melalui showcase di berbagai negara seperti Tokyo, Malaysia, Singapura, dan Jeddah.

Reality Club merupakan salah satu dari dua band perwakilan Indonesia yang terpilih dan dijadwalkan untuk tampil di South By Southwest (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat.

Semenjak pandemi, Reality Club juga menggelar Online World Tour, bermain di festival-festival online mancanegara seperti Jerman, Inggris, Singapura, dan Amerika Serikat.

Sejak awal tahun 2021, Reality Club telah memulai kampanye album ketiga mereka. Berjudul“Reality Club Presents…”, album ini berisikan pesan bahwa setiap kisah cinta layak mendapatkan filmnya sendiri, yang kemudian diinterpretasikan ke setiap lagu dengan referensi filmnya masing-masing, seperti “I Wish I Was Your Joke” (Scott Pilgrim vs. The World) , “You Let Her Go Again” (Sex Education), “Tell Me I’m Wrong” (007), dan “Dancing In The Breeze Alone” (The Good, The Bad, and The Ugly).

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -