Jumat, Februari 21, 2025

NextArt  : Harapan Baru Untuk Musik Indonesia Sejahtera

Kecil Besar

Sejak industri musik memasuki pemasaran secara digital,  kita mulai familiar dengan yang namanya Aggregator.  

Dan pertumbuhan  jumlah usaha  yang bergerak  untuk bidang Aggregator sendiri cukup melimpah ruah.   Salah satunya, yang baru resmi dilahirkan pada 7 Juli 2021  adalah  NextArt.  

Lantas apa yang dimaksud  dengan Aggregator?  “Ini  semacam agen,” kata  Rio Zee  CEO NextArt.id  saat memperkenalkan NextArt sambil berbuka puasa dengan rekan Media  Cetak-Online, TV, Radio  Kamis, 14 April 2022.

 “Nah, agen ini berfungsi mendistribusikan karya  cipta lagu  yang dibuat oleh musisi, artis dan produser musik  ke toko musik online  di seluruh dunia! Ada sekitar  150  toko musik  digital di seluruh dunia. Dan sekitar 40-an nama yang namanya  kita sering dengar yakni Spotify, Deezer, Joox, Appel Music, Langit Musik, ” lanjut Rio.

Sejak resmi dirilis hingga hari ini, menurut Rio Zee,   lebih dari 70 nama  musisi, pencipta lagu dan produser musik yang bergabung dengan NextArt. Mereka datang dari segala   jenis genre.

“Ada pop, dangdut juga musik daerah. Dan NextArt ingin mengajak  lebih banyak  musisi daerah  untuk bergabung, karena musisi daerah selama ini  justru sulit terjamah.  Di sini ada Alfina Braner dan Alkawi dari Musisi Minang, Dial DGroove, Opa-Opa, Ansar kemudian juga ada Mahagenta yang memainkan musik-musik tradisi,” ungkap Rio Zee

Ramah Layanan dan Mudah

Sebagai pendatang baru di kancah bisnis Aggregator, NextArt  sudah langsung menancapkan misi ingin mensejahterakan eskosistem musik dan musisi Indonesia. Mereka mengaku bergerak  dengan  menyodorkan berbagai kebijakan  yang memudahkan. Dan ini sangat berbeda dari Aggregator yang telah lebih dulu lahir.

“Seperti misalnya, kami menerapkan sistem transparansi yang ramah layanan. Kalau ada musisi newcomer yang hanya punya satu lagu untuk didaftarkan, tetap kami edarkan.  Lengkap dengan pembuatan akun si Musisi dan fasilitas dashboard yang bisa dicermati setiap saat.  Cukup dengan syarat, si musisi punya lagu  karya sendiri dan mendaftar  seharga Rp 85.000 ribu rupiah!”

Next Art  sejak didepan sudah menginformasikan bahwa ada potongan jasa titip jual yang ringan, termasuk pemberian akses ISRC (Interational Standard Recording  (Kode rekaman standard internasional) dan UPC (Universal Product Code).

“Di Aggregator lain mungkin bagian ini agak dirahasiakan.  Bahkan Payment System -nya pun boleh tanpa  menggunakan kartu kredit,  cukup pakai Qris Scan, QR Code bisa dari bank manapun dan E Wallet,” ungkap Rio.

Lebih lanjut Rio menjamin,  “dalam hal mendapatkan royalti,  NextArt  memberi keleluasaan capaian royalti yang langsung dicairkan minimal 30 dollar atau sekitar Rp 500.000,-  “Kan lumayan jumlah segitu langsung bisa cair. Di tempat lain  harus di atas 50 dolar!”

Pertanyaan kemudian, setelah lagu didaftarkan, kapan royalti bisa diterima si pemilik lagu?  Menurut Rio, secara teknik setelah 3 bulan baru keluar  yang amanya analitic royalty.  

“Dalam perjalanan tiga bulan menunggu itu,  apa yang dilakukan para produser musik, pencipta maupun artisnya  dalam mempromosikan  lagu?  Karena sesungguhnya NextArt hanyalah pendistribusian, bukan digital marketing. Meski  secara official kami tetap membantu mempublikasikan produk yang ada. Tetapi tetap harus ada upaya lebih ekstra dari si pemilik lagu!” ungkap Rio Zee.

Soal  pentingnya  kerja tim marketing digital,  secara khusus diakui Rio Adiwardhana, salah satu pencetus NextArt yang juga menjadi musisi yang bergabung dalam Aggregator ini.

“Yang pertama perlu dipahami adalah konsep NextArt itu adalah sebuah agen yang mendistribusikan dan bukan sales.  Sementara, algoritma lagu bisa berjalan dengan baik, perlu dibantu dengan promo oleh si musisi sendiri. Ia harus punya team khusus  yang menjalankan langkah-langkah promosi, baik secara konvensional maupun secara digital,“ ujar  Rio Adiwardhana yang tengah merilis single “Pantaskah”.

Must Read

Related Articles