Rabu, Oktober 15, 2025

Jaya Suprana: “Seribu Tahun Cahaya” Karya Jenius James F. Sundah

Komponis, penulis lagu, sekaligus produser legendaris Indonesia James F. Sundah — sosok di balik karya ikonik Lilin-Lilin Kecil (Chrisye, 1977) — akhirnya merilis karya baru nan istimewa berjudul “Seribu Tahun Cahaya”, yang diperkenalkan melalui konferensi pers virtual dari kediamannya di New York pada Rabu, 15 Oktober.

Lagu ini diluncurkan secara serentak dalam tiga bahasa: versi Indonesia dan Inggris dinyanyikan oleh Claudia Emmanuela Santoso, sedangkan versi Jepang dibawakan oleh Meilody. Peluncuran via Zoom yang dipandu Wendi Putranto diikuti lebih dari 70 peserta dari tiga benua — Asia, Amerika, dan Eropa.

“Lagu Seribu Tahun Cahaya bergenre Pop/EDM ini sebenarnya sudah saya siapkan sejak 18 tahun lalu. Saya buat untuk istri saya, Lia Sundah Suntoso, tapi selalu tertunda. Setelah melewati masa kritis karena kanker dan dirawat penuh kesabaran oleh istri dan anak saya, saya merasa harus segera merilis lagu ini sebagai ungkapan syukur,” kata James F. Sundah.

Kini berambut putih gondrong dan tampak sehat setelah masa pemulihan, James mengungkapkan bahwa lagu ini diproduksi di New York, dirilis melalui label lokal di sana, dan didaftarkan di US Copyright Office — keputusan yang lahir dari rasa tidak percayanya terhadap sistem tata kelola hak cipta di Indonesia.

Mendahului Zaman

“Seribu Tahun Cahaya” mulai digarap sejak 2007, saat genre Pop/EDM belum populer di Indonesia. Mendiang Djaduk Ferianto bahkan pernah menilai musiknya “terlalu maju.”

Namun James tetap teguh pada visinya. Ia merekam lagu ini bersama penyanyi muda berbakat Meilody Indreswari, juara Bintang Radio RRI 2007.

Proses produksi dimulai pada 2011 dan rampung pada 2013, kemudian didaftarkan secara resmi di AS. Meilody mengenang pengalamannya menyanyikan lagu ini dalam lima bahasa sebagai guide vocal, termasuk menjadi penyanyi pertama versi bahasa Jepang.

“Setiap bahasa punya pemenggalan kata berbeda. Saya harus berkali-kali take ulang. Om James sampai meminta bantuan native speaker untuk memeriksa lafal saya,” ungkap Meilody

Bagi Meilody, lagu ini bukan sekadar proyek profesional, tetapi perjalanan batin.

“Rasanya seperti ikut merasakan pesan lagunya: penantian panjang yang akhirnya berbuah bahagia. Apalagi Om James sempat sakit. Lagu ini seperti simbol penantian yang akhirnya terjawab,” ujarnya haru.

Claudia Emmanuela Santoso: Suara Global

Setelah versi awal bersama Meilody, giliran Claudia Emmanuela Santoso (Audi) — pemenang The Voice of Germany 2019 — yang membawa Seribu Tahun Cahaya ke panggung global. Audi mengisi versi bahasa Indonesia dan Inggris, dan mengaku langsung merinding saat pertama kali mendengarnya.

“Sudah lama rasanya tidak ada lagu seperti ini. Liriknya dalam, melodinya puitis, dan penuh rasa,” kata Audi.

Masuk MURI dan Dipuji Jaya Suprana

Konferensi virtual itu dihadiri berbagai tokoh seperti Carmanita, Vina Panduwinata, Dahlan Iskan, serta Jaya Suprana, bersama puluhan jurnalis dari berbagai media.

Lagu ini meraih Rekor MURI untuk kategori “Penerbitan Serentak Single Tiga Bahasa dari Tiga Benua, dengan Peran Terbanyak Berhak atas Hak Ekonomi Hak Cipta Karya Lagu.”

Sebagai pendiri MURI sekaligus seniman, Jaya Suprana menyebut dirinya telah menjadi penggemar James sejak remaja.

“Saya kagum dengan Lilin-Lilin Kecil, bahkan sering geleng-geleng kepala — bagaimana bisa dia menulis lirik sebagus itu!”

Tentang Seribu Tahun Cahaya, Jaya berkomentar: “Mas Sundah tadi menyebut judul lagunya sederhana. Tapi bagi saya, ini sama sekali tidak sederhana — justru sangat dalam dan kaya makna.”

Ia menambahkan, “Setiap kata dalam lirik lagu ini terasa kompleks, seolah melukiskan segala yang terjadi dan bahkan yang tak terjadi di alam semesta ini. Ada getaran sukma di dalamnya.”

Dengan nada sungguh, Jaya bahkan memberi usulan, “Versi bahasa Jepang-nya menarik jika digubah dalam irama keroncong — atau bahkan versi dangdut!”

Cinta, Musik, dan Perjuangan

James menuturkan bahwa setiap versi Seribu Tahun Cahaya memiliki nuansa budaya berbeda, Versi Indonesia menampilkan angklung dan kolintang, Versi Jepang menghadirkan koto dan shakuhachi, sementara versi Inggris membawa suasana outer space dengan synthesizer.

“Seribu Tahun Cahaya” menjadi perpaduan cinta personal, kolaborasi lintas generasi, dan pesan edukatif bagi dunia musik. Dari cinta James pada istrinya, ketekunan Meilody, hingga suara mendunia Claudia — karya ini menjadi cermin perjuangan panjang menjaga keadilan dan integritas dalam industri musik.

Karya Musik dengan Misi Edukatif

Lebih dari sekadar lagu cinta, Seribu Tahun Cahaya adalah manifesto kesadaran hak cipta.

“No Song, No Music Industry,” kata James dalam wawancara dengan Rolling Stone Indonesia pada 2009.

Dalam proyek ini, James mencatatkan dirinya sebagai insan musik yang memiliki hak ekonomi penuh atas karya tersebut — dari pencipta, pemegang hak cipta, hingga pemilik hak terkait. Ia berperan sebagai composer, lyricist, arranger, musisi, produser, publisher, sound engineer, hingga videographer.

“Saya ingin menegaskan bahwa banyak peran sebenarnya berhak atas nilai ekonomi dari sebuah karya. Sayangnya, selama ini ada peran-peran yang dipinggirkan oleh klausul kontrak yang tidak adil,” tegas James.

Ia berharap lagu ini menjadi pengingat pentingnya transparansi dan keadilan hak ekonomi di era digital.

“Semua data pendapatan kini tercatat jelas. Tinggal bagaimana kita menjaga agar sistem ini berjalan adil dan berkelanjutan,” ujarnya.

Tentang James F. Sundah

Ir. James Freddy Sundah adalah komponis dan produser musik asal Indonesia yang dikenal luas lewat karya legendaris Lilin-Lilin Kecil. Lagu tersebut melintasi generasi, dinyanyikan ulang puluhan kali, dan tetap menjadi simbol keindahan musik Indonesia.

James telah menciptakan puluhan lagu untuk berbagai penyanyi ternama dan proyek film, serta pernah berkolaborasi dengan Titiek Puspa dan dua personel Scorpions — Klaus Meine dan Rudolf Schenker — dalam lagu “When You Came Into My Life” (album Pure Instinct, 1996), yang diproduseri David Foster dan meraih sertifikasi emas di Jerman, Prancis, dan Finlandia.

Selain berkarya, James aktif memperjuangkan hak cipta dan terlibat di berbagai lembaga musik nasional seperti PAPPRI, KCI, dan LMKN.
Kini, ia menetap di New York bersama sang istri, pengacara Lia Sundah Suntoso, dan putra mereka — terus menulis, berkarya, dan menyalakan lilin kecil bagi keadilan musik Indonesia.XPOSEINDONESIA-Muhamad Ihsan

  • jaya suprana di tengah press coference rilis lagu 1000 tahun cahaya
  • 1000 tahun cahaya bukti cinta james sundah untuk sang isteri, lia
  • james f sundah dari new york merilis lagu lagu terbarunya
  • james f sundah bersama wendi putranto, claudia (audy) dan meilody

Must Read

Related Articles