
Dalam rangka mengenang 18 tahun wafat Benyamin S, Fadli Zon Library meluncurkan CD fenomenal karya dua sahabat ; Benyamin S dan Idris Sardi. Album ini bertajuk Benyamin Sueb The Legend, berisi lima lagu antara lain, “Sepak Bola”, “Jali-Jali”, “Surilang”, “Mengapa Harus Jumpa”, “Trompet”.
Fadli Zon Library mendapat kehormatan meluncurkan karya fenomenal dua Legenda dalam musik Indonesia ini. “Terima kasih kepada Idris Sardi yang sudah teliti menyimpan rekaman ini. Walaupun baru dipublikasikan 37 tahun kemudian,” kata Fadli Zon.
Materi lagu dalam album ini dikerjakan pada sekitar tahun 1976, ketika Idris Sardi memimpin Orkes Simfoni Jakarta, didukung backing vocal dari Kelompok Lima, yang terdiri dari Chrisye, Keenan Nasution, Bornok Hutauruk, Berlian Hutauruk, Rugun Hutauruk. “Sebagian besar lagu belum pernah dirilis,” ungkap Fadli,
Benyamin Sueb atau lebih kita kenal dengan sebutan Benyamin S, lahir di Kemayoran, Jakarta, 5 Maret 1939. Ia seniman sekaligus budayawan Betawi yang sangat berbakat. Bahkan terhitung jenius. Hingga kini, belum ada lagi sosok lain yang dapat menggantikan kepiawaian Benyamin S. Ia dinilai serba bisa. Menyanyi, berakting, dan komedi.
Benyamin yang lahir di Kemayoran, Jakarta Pusat pada 5 Maret 1939 itu pernah menghasilkan lebih dari 75 album musik dan bermain untuk 53 judul film. Ia terkenal dengan celutukan yang terkesan “tajam”, namun segar penuh kebaruan. Di antaranya yang terkenal adalah : “Muke Lu Jauh” dan “Kingkong Lu Lawan”
Ada sebuah prestasi luar biasa yang belum bisa diraih oleh seniman Betawi mana pun. Yakni, Benyamin mencatatkan diri sebagai rapper pertama di Indonesia. Ia bahkan sudah nge rap, jauh sebelum Vanila Ice, Eminem, Run DMC dan lain-lain menggemakan rap di Amerika. Karena Benyamin sudah lebih dulu melakukan rap di era 70-an. Benyamin juga banyak menulis lirik dengan tema –tema sederhana, namun kena di hati masyarakat. Konsep inilah yang membuat ia sulit dilupakan.
Sukses Benyamin dalam dunia musik, bermula ketika ia bergabung dengan grup Gambang Kromong Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng ini yang mengantarkan Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia. Mereka memainkan musik Gambang Kromong dengan unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet ini menjadi sangat popular pada zamannya. Bahkan lagu-lagu yang mereka lantunkan antara lain “Tukang Kridit”, “Di Sini Aje”, “Lampu Merah” dan lain-lain menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi terkenal saat itu tersaingi.
Setelah Orde Lama tumbang, dan Soeharto menjadi presiden kedua, musik Gambang Kromong makin memperlihatkan jati dirinya. Lagu seperti “Si Jampang” (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan “Ondel-Ondel “ (1971). Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari.
Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. “Kompor Mleduk”, “Tukang Garem”, dan “Nyai Dasimah” adalah sederetan lagu yang sangat laris di pasaran. Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu “Nonton Bioskop”, nama Benyamin selalu jadi menjadi jaminan sukses dari setiap lagu yang akan dibawakannya (NS FOTO : ANTARA /Teresia May)